Sabtu, 03 Desember 2011
Nyam...nyam...nyam... Zzzzz
Lebih dari 3 bulan saya ga pernah nge-post lagi di blog ini... hmmmm
semenjak awal perkuliahan fokus saya sudah teralihkan dengan yang namanya TUGAS !! Pagi-pagi berangkat (karena jadwal kuliah saya dari senen sampe jumat berawal dari jam 7... Kalo dipikir-pikir kayak masa-masa SMA aja...hehe)pulang malem (karena ada asistensi) langsung ngedate lagi sama tugas (_ _"). Kalo tugasnya berat bisa sampe ga tidur semaleman itu pun kadang saya ketiduran dan tugasnya ga selesai...-______- hahaha...
Begitu pagi tiba, berangkat lagi ke kampus... begitu seterusnya dan seterusnya begitu...haha
Ingin rasanya bisa tetap aktif ngeblog, tapi tetap ga bisa T_T
yaah mungkin jika ada waktu luang (+ niat yang mencukupi haha) yang sedikit itu, saya bisa ngepost lagi kayak gini..hehe
Oh ya saya lupa, bagaiamana kabar teman-teman semua ? baik-baik saja kah ?
Alhamdulillah kalo semuanya dalam keadaan yang SUPER (ala Mario Teguh... SALAM SUPER !)
yaah postingan ini hanya sekedar untuk menghidupkan kembali kepingan-kepingan nyawa dari blog ini yang sudah lama mati (padahal baru 3 bulan lebih hehe)
mudah-mudahan dengan adanya postingan yang singkat ini sang nyawa bisa berpihak lagi dan kembali ke pelukan blog ini (halaaah -_-) hehe
sekian terimakasih :D :D Penasaran ?? Klik disini...
Selasa, 26 Juli 2011
Cermath : Kisah si X part III
Dibawah pohon simbol integral ini kami berteduh, melepas penat, dan melayangkan sedikit kecemasan. Entah sudah berapa lama kami berjalan sejak melewati gerbang fungsi limit. Pohon integral ya ? Hmmm…Dulu sewaktu aku masih anak-anak, ketika aku kabur ke dunia kalkulus tentunya, aku terpesona oleh kemegahan pohon ini. Begitu anggun dan elegan. Ada kesan yang menyenangkan sekaligus menyeramkan dalam pohon ini. Biasanya banyak variabel yang berjibaku untuk berjejer tepat didepannya. Kau tahu mengapa ? Karena saat-saat seperti itulah Mbah integral yang baik hati (tidak seperti mbah diferensial) mulai melakukan pekerjaannya. Ia akan menaikan setiap pangkat variabel yang berada didepan pohon integral. Tapi banyak juga loh yang binasa !. Angka-angka sering terbawa oleh angin dan hinggap diatas pohon itu atau jatuh tepat dibawahnya. Buuuuft !! Seketika pohon tersebut memiliki batas dan membuat semua variabel mengakhiri tugasnya. Sungguh tragis
Kulihat banyak variabel kerdil (dwarf) berbentuk “dx” mondar-mandir kesana kemari memulai hari yang indah ini. Ya memang, mereka sejenis dengan ku tapi sedikit berbeda dalam hal ukuran tubuh. Merekalah yang selalu membantu Mbah integral menjalankan tugasnya secara sukarela. Ku pandangi sekelilingku, mencari pertanda kemana penganut teorema sesat membawa kedua anakku. Hasilnya nihil. Semua serba abu-abu. Sudah seminggu aku berada di dunia kakulus ini, tapi belum menemukan kemajuan. Aku bingung, hilang arah kemana aku harus mulai melangkah. Ku putuskan untuk bertanya kepada Pak dx. Sungguh bingung aku dibuatnya. Entah apa yang dia katakan karena bahasanya sedikit berbeda. Mungkin karena aksen “aneh” yang membuatnya seperti itu. Tapi satu hal yang dapat aku pahami dengan jelas. Dia berkata bahwa jika ingin mengetahui seluk-beluk dunia ini dengan jelas, kenapa tidak bertanya kepada Mbah integral. Benak ku seketika membenarkan dan harapan ku pun mendadak tumbuh menjulang ke atas. Dengan semangat aku mengajak istri ku untuk cepat-cepat menemui Mbah integral. Benar-benar sangat berapi-api.
Disinilah sekarang aku berdiri, di depan sebuah gubuk tua, di ujung jalan setapak yang hampir tak terlihat karena tertutup oleh akar-akar pohon simbol integral. Perlahan-lahan kudekati pintu kumuh itu dan mencoba membuat beberapa ketukan. Ia pun keluar. Sesosok makhluk matematika tua yang kelihatannya telah melewati beberapa kejadian sangat pahit, siapa lagi kalau bukan Mbah integral.
“Masuklah !! Aku tahu dimana penganut teorema sesat itu berada…”
Kami pun masuk dengan tidak mengurangi sikap waspada. Hebat ! Dia dapat mengetahui tujuanku tanpa bertanya lebih dahulu. Dia ini dukun atau apa sebenarnya ? Aku bergumam dalam hati.
“Tenanglah, aku bukan dukun. Mereka berada di seberang sungai barisan aritmetika tak jauh dari tempat ini. Tapi, waspadalah ! Karena disana musuhku si Diferensial sering berkeliaran. Kalian dapat menggunakan formula atau rumus agar dapat berpindah dengan cepat dalam menyeberangi sungai itu. Aku sarankan pakailah formula ‘Un’. Aku jamin kalian tidak akan bertemu si bedebah Diferensial itu !”
“Te, te, terima kasih Mbah…”, aku menjawab dengan terbata-bata.
“Sudahlah ! Jangan kau diam saja disana. Cepat pergi sebelum kalian kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan anak kalian selamanya !”
Dengan penuh rasa percaya diri, kami pergi menyusuri jalan kecil menuju sungai barisan aritmerika. Suasana agak mencekam di sepanjang jalan ini. Entah apa yang membuatnya, aku tak tahu. Tapi untunglah isteriku setia menemaniku. Berjalan berdua di jalan kecil seperti ini, membuat aku mengenang masa-masa indah ketika aku pertama kali bertemu dengannya. Masa dimana kami sering duduk berdua di sisi sebuah jalan kecil dekat taman matriks. Menatap indahnya pemandangan sekumpulan fungsi naik dan fungsi turun. Tak luput determinan pun terlihat di tengah-tengahnya. Sungguh memesona. Aku ingin kembali ke masa itu. Tiba-tiba salah satu pikiranku yang lain menyerobot dan membuyarkan kenangan indahku. Aku teringat pesan Mbah integral. Aku harus membuat sebuah formula terlebih dahulu sebelum tiba di sungai itu. Baiklah, untung saja bahan-bahannya mudah didapat, yaitu hanya beberapa angka dan bahan-bahan lain. Karena tak ingin membuat resiko, aku membuat formula yang berbeda dari apa yang si Mbah sarankan. Formula ‘Sn’ !! Aku pikir itu akan membuat perpindahan menjadi semakin cepat sehingga Mbah Diferensial tak dapat mengejar kami. Ya hanya itu tujuanku, tak ada yang lain.
Angka-angka terlihat indah mengalir dalam sungai barisan aritmetika ini. Seakan-akan mereka hidup dan memberi salam padaku. Aku pun membalas salam mereka dengan sebuah senyuman. Tetapi sepertinya mereka tidak senang akan hal itu. Mereka tiba-tiba saja bergelombang dan membuat riakan yang sangat besar. Aku cemas sekaligus khawatir dengan apa yang akan terjadi. Oh tidaaak !! Ternyata itu Mbah Diferensial yang sedang menunggu mangsa dibawah sana. Cepat-cepat aku gunakan formula yang telah aku buat. Sial, aku baru sadar bahwa efek formula itu akan bekerja 1 menit kemudian sedangkan si Mbah telah berada dalam jarak beberapa meter di depan kami. Dengan refleks kami pun berlari ke arah hutan menjauhi si Mbah. Tetapi ia lama-kelamaan semakin mendekat dan menjadi sangat dekat. Detik-detik terakhir sebelum menyentuh tubuh si Mbah, efek formula itu bekerja ! TRING !! Kami melesat menjauhi si Mbah. Partikel-partikel udara berhembus dari hidungku menandakan sebuah kelegaan. Hufft. Namun baru beberapa detik saja, formula itu membawa kami ke dalam arah yang salah ! Aku takut, tegang, sekaligus cemas.
Kami malah semakin mendekat ke arah Mbah Diferensial. Sontak dia pun mencoba menyentuh kami. Kami berusaha bergerak melawan arah gerak formula tetapi energi yang kami punya hanya sedikit. Aku paksakan dengan sekuat tenaga dan akhirnya berhasil ! Aku perlahan-lahan keluar dari lintasan formula itu. Aku senang sekali. Namun ada yang sedikit berbeda. Isteriku !! Dimana dia ?? Aah tidaak !! Ia masih berada dalam lintasan itu !. Apa yang harus ku perbuat ? Lalu dalam sekejap, didepan mataku, ia berubah menjadi angka. Aku lemas, menjerit dalam hati, dan termenung sejenak.
“Ini salah ku !! Seharusnya aku mendengar kata-kata Mbah Integral ! Ini semua salah ku !! Mengapa aku mengubah formula itu menjadi “Sn” ? Bodohnya aku !! Benar-benar bodoh ! Tuhan, dapatkah aku mengulang semuanya ? Ku mohon ?! Beri aku kesempatan kedua ?! Arggghhhhh… Tidaaaaaaaaaak !!”
Haruskah aku melanjutkan perjalanan ini ? Di tengah keadaan duka seperti ini ? Aku bimbang belum dapat memutuskan.
Bersambung... Penasaran ?? Klik disini...
Senin, 11 Juli 2011
Cermath : Kisah si X part II
Hufftt…. Akhirnya beres juga pekerjaanku di sekolah menengah pertama ini. Sungguh sangat melelahkan. Aku harus mondar-mandir dari satu buku, ke buku lainnya. Tetapi sang anak manusia itu tak kunjung mengerti pula. Apakah aku yang salah ? Atau guru mereka ? Mari kalian semua, para manusia, renungkan. Aku hanya bisa diam disini menunggu seorang manusia jenius yang bisa memaksimalkan potensiku
Papan tulis sedikit bedebu disini. Hal itu membuat kedatangan sang jenius terlihat jelas dari pulupuk mataku. Seorang anak remaja yang terlihat biasa saja, agak kucel memang. Tapi sungguh aku akui aura kejeniusannya terlihat jelas disudut ruang. Ia sangat lihai menggunakanku sampai-sampai aku tak tak butuh tenaga untuk membantunya. Bayangkan, sorang anak SMP (berasal dari peadalaman ku duga) mampu mengupas hampir semua teori-teori yang membuat bingung para sarjana muda. Bahkan para guru itu sampai geleng-geleng kepala dibuatnya (tentu saja bukan berarti mabuk…hehe). Entahlah darimana asalnya semua teori yang ia kuasai itu, akupun tak habis pikir. Inilah sosok yang ku tunggu-tunggu, yang mampu mengubah dunia manusia maupun dunia kami, dunia ilmu pengetahuan. Hai para remaja di muka bumi, kalian patut malu dan contohlah sang anak ajaib ini.
Sepulang dari pekerjaan ku di salah satu sekolah menengah pertama swasta itu, aku pun melepas penat dengan berkeliling taman matriks. Angka-angka berjejer dengan rapi sesuai dengan ordonya, para variable pekerja pun dengan giat mengurus kebun taman mereka. Pandangan ku tiba-tiba berhenti pada satu titik di ujung jalan, yang membuat ku terpesona. Terpesona bukan kepalang. Sebuah taman matriks identitas terpapapar indah dengan sentuhan yang luar biasa. Memang ukurannya tidak terlalu luas, hanya 2 x 2 saja, tapi penataannya itu yang membuatku terpesona. Ditengah-tengah taman itu, sesosok variable muncul dengan senyuman memukau. Ya, dia adalah variable yang paling indah yang pernah aku temui. Namun, aku belum sempat menanyakan identitasnya. Tapi tak apalah pikirku. Mungkin aku besok bisa menemuinya lagi disini.
Matahari esok telah bangun dari tidurnya. Aku bersemangat sekali hari ini karena sesuatu hal yang kalian pasti tahu apa itu. Aku mulai berlagak seperti detektif untuk mencari data tentang dewi variable yang telah mengisi himpunan kosong sang hati ku ini. Kalau membahas tentang data, aku tahu tempat yang tapat. Departemen statistika !! Tempat itulah yang menyediakan data yang akurat tentang variable di dunia ini. Sempat linglung juga aku ketika berada disana. Karena ada banyak sekali data, dan saya tidak tahu data tentangnya ada dimana. Bingo !! Entah takdir yang membawaku atau apa, secara kebetulan aku menemukan berkasnya tergeletak di atas meja. Lega hatiku ketika mengetahui identitas aslinya, dia adalah variable “Y”, putri satu-satunya dari Pak “Z”.Dengan nafas yang tergesa-gesa aku segera menuju taman matriks berharap ia ada disana seperti kemarin. Brukk !! Tiba-tiba aku bertabrakan dengan satu variable, ternyata dia !!
Berawal dari pertemuan tak lazim itu, kemudian hubungan kami berlanjut menjadi sepasang kekasih yang tidak dapat dipisahkan setelah kejadian bersejarah itu. Kami sudah berikrar janji dan pindah ke daerah pesisir diagram cartesius. Kami bersama-sama dalam persamaan garis dan memiliki sepasang anak X dan Y dalam persamaan lingkaran. Yah, memang kini umurku sudah berpangkat 2 dalam persamaan itu. Hari-hari kami lewati dengan kebahagiaan yang luar biasa. Sungguh keluarga yang aku idam-idamkan selama ini. Anak-anak ku pun tidak ada yang nakal, semuanya begitu penurut. Ya, memang aku sedikit khawatir akibat berkembangnya isu tentang teorema sesat yang sering menculik anak-anak kecil. Ditambah anak-anakku cukup cerdas untuk mereka jadikan incaran. Tapi aku yakin selama berpegang teguh pada teorema (semacam agama dalam kehidupan manusia) yang benar .
Suatu ketika, ketakutanku semakin menjadi-jadi. Terdengar kabar disana-sini bahwa sepasang anak-anakku telah ikut dalam teorema sesat itu. Aku panik dan hilang kendali. Apa yang harus ku lakukan ?? Akhirnya aku memutuskan melapor kepada sesepuh di rumah polinom. Rumah polinom merupakan rumah tempat berkumpulnya variabel-variabel yang telah berpangkat lebih dari 1000. Tetapi kini, para sesepuh dirumah itu tidaklah banyak. Kau tahu mengapa ? karena sebagian mereka disana telah direinkarnasikan sesuai dengan teorema sisa pembagian. Pangkat mereka yang tadinya beribu-ribu kini menjadi satuan kembali.
Betapa terkejutnya aku mendengar informasi yang dikatakan para sesepuh. Para penganut teorema sesat membawa jemaah mereka ke dunia kalkulus yang begitu aku takutkan. Mereka akan membuat suatu formula matematika yang dapat mengubah dunia ini menjadi semakin kelam, dipenuhi dengan himpunan kosong. Sebenarnya bukan hanya tugasku untuk menghentikan mereka, tapi tugas semua variabel di dunia ini. Yah, apa boleh buat, mereka tidak peduli dengan keadaanku. Aku terpaksa pergi bersama istriku untuk mengarungi dunia kalkulus. Satu-satunya jalan menuju kedunia itu adalah melalui gerbang fungfi limit. Memang agak berat hatiku masuk kembali kedunia itu, ini semacam trauma kecil. Tapi demi kedua buah hatiku, aku siap. Aku siap menerima resiko apa pun itu. Kami siap. Sangat siap.
Bersambung….
Penasaran ?? Klik disini...
Minggu, 26 Juni 2011
CerMath : Kisah si X part I
Tidaaak !! Hampir saja aku dibinasakan menjadi angka 1. Asal tahu saja, dalam dunia varibel bentuk angka merupakan akhir dari pekerjaan mereka. Contohnya jika kami berpangkat nol otomatis kami menjadi 1. Atau jika para manusia telah menemukan jati diri kami sebagai angka. Hanya bernilai satu angka, kecuali mereka memiliki pangkat yang tinggi. Ya, hanya pejabat-pejabat saja yang memiliki jati diri angka lebih dari satu. Sungguh aku iri dengan mereaka. Kapan ya, aku bisa menjadi seperti mereka ?
Oh iya hampir saja lupa aku memperkenalkan diri. Aku adalah variable yang paling terkenal dari jenis variable-variable lainnya. Aku adalah X. Banyak suka dan duka aku lewati sebagai jenis X. Kita mulai dari hal yang paling kusuka, yaitu aku sering diingat dan dikenang para manusia. Dari zaman Pak Khawarizmi (Bapak Aljabar) sampai Pak Einstein pun telah memakai aku. Dari anak SMP sampai professor dan ilmuwan juga memakai aku. Aku senang sekali. Nah, giliran hal dukanya, aku sudah capek dipakai terus, walaupun tak bisa kupungkuiri itu menyenangkan. Tapi yang namanya capek, tetap saja capek.
Yang paling sering memakai aku adalah anak SMP, terutama mereka yang baru saja meninggalkan sekolah dasar. Mungkin guru-guru mereka hanya memakai aku sebagai variabel dan tidak memperkenalkan jenis variable lain kepada mereka. Sedikit-sedikit memakai X, sedikit-sedikit memakai X. Huh... Pantas saja jika para manusia remaja itu kebingungan ketika mengahadapi soal aljabar dengan jenis varibel lain. Pernah suatu ketika seorang anak SMP tidak tahu bagaimana mengerjakan soal seperti ini : (2/3)d + 5/6 = 10. Mereka malah bertanya kepada gurunya, “Loh Pak, X nya mana ?”. Aku hanya nyengir sendiri...he..he… Kasihan si d, baru tampil pertama sudah dikecewakan. Huh….payah.
Ada yang kenal sama Mbah Diferensial ? Ya, itulah momok yang paling menakutkan bagi variable kecil, variable yang belum cukup dewasa dan hanya berpangkat 1. Sosok si Mbah itu sering dijadikan cerita menakutkan oleh para orang tua variable, terutama agar variable kecil seperti aku tidak sering bermain-main dalam dunia kalkulus. Tapi, wujud si Mbah bukan hanya mitos belaka. Dia nyata! Itulah sebabnya mengapa aku di awal tadi hampir dibinasakannya. Aku melanggar larangan ortu karena sok jagoan dan ingin dipuji dengan cara masuk dalam dunia kalkulus. Dapat anda bayangkan kan jika aku tersentuh sedikit saja oleh si Mbah ? Betul sekali, aku langsung berubah menjadi angka, yaitu angka terburuk, 1.
Kami bangsa variable menganggap bahwa berakhir dengan angka 1 merupakan kegagalan dalam pekerjaan. Mengapa ? Kan masih ada angka yang lebih kecil, seperti 0 dan angka negatif ? Mungkin kalian akan bertanya seperti itu. Jawabannya simpel saja, angka 1 tidak memberikan dampak kepada angka lain. Jika suatu angka dikalikan dengan 1, ya tetap saja angka itu yang muncul dan tidak memberikan dampak yang signifikan. Coba kalau angka 0 dan negatif, sekalipun mereka dikalikan dengan angka yang besar tetap saja ada bagian dari mereka yang terlihat. Memang aneh, tapi paradigma dalam masyarakat variable yang berkembang memang seperti itu. Aku pun sedikit tidak setuju dengan pandangan tersebut.
Ayahku bekerja di kementrian Logaritma. Walaupun ayahku belum mencapai tingkat basis dalam logaritma, tapi aku cukup bersyukur dengan keadaan ini. Tingkat basis adalah tingkatnya para pejabat. Kalian tahu sendirikan jika suatu variable berada dalam basis, maka dengan mudahnya pangkat akan bertambah secara signifikan. Misalnya dalam kasus x log 125 = 3. Maka pangkat x akan naik drastis menjadi 3. Otomatis pekerjaan pun tidak berkahir dengan 1. Sungguh pekerjaan yang sangat diimpikan semua orang. Hufft. Tetapi dalam kementrian logaritma, ada juga variable yang tidak berkahir dengan manis seperti yang aku contohkan. Mereka mendapatkan hasil sama dengan yang jelek seperti 0. Aku pikir mereka pantas mendapatkannya. Mau tahu alasannya ?? Satu kata saja cukup, KORUPTOR. Yah, mereka para koruptor angka yang seenaknya saja berbuat tanpa mementingkan variable lain. Huh, rasakan itu ! Mereka otomatis dibinasakan menjadi angka 1. Apakah di dunia kalian, para manusia, juga seperti itu ??
TING-TONG !! Waduh, bel masuk telah berbunyi. Aku harus memenuhi pekerjaanku terebih dahulu. Para anak SMP itu akan memakai aku lagi. Jadi, tunggu aku kembali ya !! Tenang saja, tidak lama kok…he…he…
Penasaran ?? Klik disini...
Minggu, 19 Juni 2011
Bingung ??
Pikiranku kosong…
Kosong sama dengan nol…
Nol adalah bundaran oval…
Oval sama dengan elips…
Elips adalah gabungan dua lengkungan…
Lengkungan hampir sama dengan cekungan…
Cekungan adalah garis lurus yang dibengkokan…
Dibengkokan sama dengan dibelokan…
Dibelokan adalah dijauhkan dari tujuan awal…
Tujuan awal adalah perwujudan dari pandangan mendasar…
Pandangan mendasar hampir sama dengan pelopor pikiran…
Pelopor pikiran apakah merupakan pikiran kosong ??
Aku bingung….
Penasaran ?? Klik disini...
Membisu
Dengan kebodohan aku naik keatas…
Menengadah dengan penuh arti…
Selama aku dapat melihat setitik cahaya fajar…
Kaki-kaki ini tak pernah berhenti…
Meski semua ini hanya ilusi..
Ya, hanya ilusi…
Ujung kuku pun membatu…
Ketika lenganku telah menyentuh lembut…
Bulu-bulu kecil salah satu rumput..
Kemudian ia bertanya, “Benarkah kau telah menyentuhku ?”
Lalu ia membentak, “Kau tak berhak !!”
Sejenak aku berhenti…
Tak ada tempat berpegang…
Hilang keseimbangan…
Perlahan melayang ke bawah…
Dan…
……………………………..
……………………………..
Jatuh……………………….
Puncak tak begitu buruk dari bawah sini…
Mencoba menghibur diri…
Di tengah perasaan pecundang sejati…
Mungkin memandang sudut lain akan lebih baik….
Haruskah kuhancurkan dasarnya ?
Dengan begitu puncak akan datang kepadaku…
Tapi………..
Tak akan ada istimewanya…..
Tak kan ada keindahan…
Semuanya datar….
Langit pun mencoba menceramahiku…
“Wahai anak adam. Jika kau berbuat demikian, kau sama saja membunuh dirimu sendiri. Semua rintangan di pasung begitu saja tidak kau manfaatkan. Semua ketegangan kau jerat layaknya sampah. Dan semua daya kreatifitas terpenjara dalam egomu sendiri hingga membusuk tak karuan. Itukah yang kau inginkan ? Itukah yang kau inginkan ?”
Aku gemetar,
Dan membisu….
Penasaran ?? Klik disini...
Jumat, 10 Juni 2011
Adakah yang Mau Menerima Saya Apa Adanya ?
Adakah yang mau menerima saya apa adanya ?
Adakah ?
Adakah ?
Atau mereka hanya menikmati kelebihan saya saja ?
Lantas bagaimana dengan kekurangan saya ?
Ataukah….
Beberapa tahun yang Lalu
Dalam komunitas tertentu saya sering kali tidak dianggap ataupun tidak dihargai sama sekali. Bahkan mereka bisa-bisanya menghujat saya tanpa alasan tertentu. Mungkin memang ada alasan, tapi alasan yang tidak pantas disebut sebagai alasan. Perbedaan. Ya itulah satu-satunya benteng yang dapat mereka jadikan sebagai tempat berlindung.
Hmmm…. Baru kali ini saya menghirup udara sang sumatera. Waktu dimana saya dan keluarga pertama kali berlabuh di suatu tempat bernama Aceh. Pada awalnya saya sangat sulit berbaur dengan teman sebaya. Entah apa alasannya, tapi mungkin karena saya berbeda. Berbeda dalam hal suku, gaya bicara, sikap, dan lain-lain. Dalam hal suku, jelas saya berbeda karena saya berasal dari Pulau Jawa begitupula dengan gaya bicara. Nah, dalam hal sikap mungkin saya sedikit berbeda dengan manusia-manusia di bumi ini. Aneh, itulah kata yang pertama kali terlintas jika melihat saya. Karena “aneh” ini pula lah, mungkin saya sering di acuhkan dan tidak diperhitungkan.
Lalu bagaimana ketika saya kembali ke tanah Jawa ? Mereka pun begitu. Saya sering disepelekan dan tidak dianggap. Mungkin karena saya sudah beradaptasi dengan darah Sumatera sehingga membuat saya berbeda kembali. Apakah itu sifat asli manusia ? Mari kita tanya diri kita masing-masing.
Kini
Saya perlahan-lahan mulai merasakan arti bersosialisasi dan bergaul dengan orang banyak. Mau tahu penyebabnya ? Sebab pertama karena darah saya sudah mulai berubah menjadi Jawa. Anda semua mengerti kan apa yang saya maksud dengan “darah” ? Sebab kedua yang saya rasa paling berpengaruh yaitu karena saya sudah bisa perlahan-lahan menutupi sifat “aneh” saya. Entahlah, mungkin karena saya sudah sedikit menjadi remaja menuju kearah dewasa.
Dalam hati kecil, terkadang saya merasa kasihan dengan “saya kecil” yang baru mengenal dunia. Ia belum bisa mengendalikan keanehannya. Oleh karena itu, begitu terjun ke lautan manusia, langsung ditenggelamkan tanpa ampun dengan perihnya hujatan-hujatan. Akibatnya lihatlah saya sekarang. Saya menjadi orang yang tidak PD (Percaya Diri) apabila tampil di depan banyak orang. Apakah itu adil ? Sungguh, sungguh tidak adil. Sama sekali tak adil.
Yang sangat saya sesalkan mengapa manusia-manusia itu tega melakukan hal seperti itu terhadap saya ? Mengapa saya tidak diberi sedikit kesempatan untuk berubah ? Akankah mereka sadar atas apa yang mereka lakukan ? Mari sekali lagi kita tanya diri kita masing-masing.
Penasaran ?? Klik disini...
Jumat, 03 Juni 2011
Keluhan Sang Bumi part I
Ada apa dengan zamaaaaaan iniiiiiiiiiiiiii ?? (#sambil teriak)
Zaman dimana keegoisan manusia semakin merajalela, tidak peduli dengan sesama dan tidak peduli dengan lingkungan. Huffft (#menghela napas panjang)
Lihatlah sekarang keadaan kota-kota besar ! Sampah bercecer di sungai-sungai dan asap kendaraan mengepul tinggi menghilangkan keindahan sang pagi. Tidak bisakah mereka (baca:manusia-manusia)mengalah sedikit untuk lebih menghargai sang bumi ?? Bisakah ??
Mari kita tanya diri kita masing-masing.
Hooeeekkkk ! Bau tidak sedap menusuk hidung saya. Sampah-sampah membusuk di sungai-sungai kecil dan membuat warnanya hitam sekelam kelakuan para pembuang sampah itu. Tidakkah mereka berpikir bahwa yang mereka lakukan itu dapat merusak keseimbangan alam ?? Atau mereka hanya memikirkan tentang diri mereka sendiri ?? Kasian makhluk-makhluk kecil yang hidup dalam sungai tersebut. Manusia telah merampas hak hidup mereka secara paksa. Sungguh tragis. Benar-benar tragis.
Tolong !! Saya tidak dapat bernapas ! Tenggelam dalam kepulan asap beracun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Ya benar, kendaraan-kendaraan itulah yang mengemisikan mereka. Kendaraan yang berbunyi bising dan sering dibanggakan oleh manusia-manusia saat ini. Mereka sengaja dikendarai dengan alasan untuk memudahkan dan mempercepat perjalanan para manusia. Tapi bagaimana dengan efek sampingnya ?? Apakah para manusia itu memikirkannnya ? atau malah mereka tidak mau tahu ? Huuhh... lagi-lagi para manusia itu penyebabnya.
Memang saya maklumi bahwa pada zaman modern seperti ini manusia-manusia tersebut harus memiliki mobilitas yang sangat tinggi untuk berada dalam tempat berbeda dalam waktu yang singkat. Itu sih sah-sah saja mereka menggunakan jasa sang kendaraan bermotor. Tapi hal tersebut harus ada batasannya juga, yaitu hanya untuk urusan yang sangat penting saja. Lalu bagaimana dengan para pelajar atau pekerja (misalnya) yang masih bisa mengusahakan menggunakan kendaraan tak bermotor ?? Nah, itu yang sangat saya sesalkan. Mereka masih bisa pakai sepeda (misalnya) untuk menempuh perjalanannya. Kalau memang perjalanannya terlampau jauh, mereka dapat memulai bersepeda dengan waktu yang lebih awal. Marilah kita sedikit berkorban demi keseimbangan alam, demi kelangsungan hidup saya sebagai sang bumi.
Terus terang saja saya sangat iri dengan suasana zaman dahulu dimana semuanya masih natural. Tidak ada gas beracun yang berlebih, tidak ada sampah-sampah yang menggenang. Makhluk hidup pun terjamin hidupnya. Akankah semua itu hanya imajinasi belaka ?? TIdak !! Kita dapat mengusahakannya lagi dari awal, asalkan zat yang bernama "EGOIS" itu bisa dikurangi sedikit demi sedikit.
Tolonglah wahai manusia ! Tolong mengerti akan saya. Saya ingin hidup lebih lama, saya ingin melihat bagaimana lucunya anak dan cucu kalian. Terlebih lagi, umur saya sudah tidak muda lagi. Itulah satu permintaan terkahir saya untuk anda para manusia !
huuffffttttt (#menutup dengan menghela napas panjang) Penasaran ?? Klik disini...
Minggu, 22 Mei 2011
Hitam
Membuat sang khayal terpikat…
Begitu nyata saling mendekat…
Melekat…
Dalam sayap-sayap malaikat…
Waktu yang hitam pun berteriak…
Perlahan masuk dalam kegelapan yang beriak…
Dapatkah ia mengelak ?
Terpaksa bergerak…
Membiarkan semua berserak…
Berderak serak…
Aku bimbang…
Tak sempat banyak menimbang…
Ia pun menyerang…
Meski aku menghalang…
Tetap saja terkekang…
Terkekang ?
Tidak, hanya keegoisanku yang meradang…
Berharap semuanya terang…
Terang benderang…
Penasaran ?? Klik disini...
Kamis, 12 Mei 2011
Abu-Abu
Rabu, 04 Mei 2011
Di Bawah Kardus Usang
Pagi terlihat murung hari itu dan ia mulai meneteskan air mata membasahi sang bumi. Kulihat semua orang sibuk dengan aktivitas mereka. Ada yang mengendarai sepeda dengan terburu-buru, berharap ia tidak akan di PHK karena terlambat, sehingga membuat orang di sekitarnya terganggu. Kulihat juga seorang pelajar, seorang siswi tepatnya, menoleh ke arahku dengan sebuah senyuman dan tertarik untuk memberikan sesuatu kepadaku. Aku pun sontak tersipu malu dan berlindung di bawah kardus usang ini yang mulai basah.
Hari sudah semakin siang, tetapi hujan masih tetap menjatuhkan diri sambil berharap ia dapat berguna bagi makhluk hidup di bumi. Perlahan-lahan ia pun masuk ke dalam tanah dan ikut terserap oleh sebuah pohon besar yang melindungi aku dan kardusku ini di pinggir lapangan. Tiba-tiba terdengar suara anak-anak yang nyaring menandakan bahwa waktu sekolah telah berakhir. Aku berharap beberapa dari sekian banyak anak-anak itu akan memberikan makanan kepadaku. Aku sangat lapar sekali, tubuhku yang kurus ini adalah bukti bahwa aku telah melewati beberapa hari dengan tidak makan. Tetapi aku harus menelan kenyataan pahit dan harapanku pun sirna seketika. Beberapa anak yang kuharapkan itu adalah anak-anak nakal yang sering menggangguku, menyakitiku hingga aku babak belur. Mereka menendangku, melempariku dengan batu, bahkan melemparku hingga tidak sadarkan diri di tengah rintik-rintik hujan. Meski begitu, aku tetap bersyukur karena rintik-rintik itu masih menemaniku di sini yang kesepian. Sungguh sendiri.
Mataku terasa berat untuk di buka. Berat sekali hingga aku seakan-akan merasa ada gajah yang hinggap di kedua mataku walaupun rasanya tidak mungkin. Aku tidak tahu berapa lama aku pingsan, tapi terlihat hari telah sore dan langit tidak murung lagi. Aku mencoba berjalan, walaupun terseok-seok. Aku ingin berkeliling mencari sedikit makanan dan apapun itu yang dapat menambah energiku. Harapanku yang beberapa saat lalu tenggelam dalam keputusasaan, kini mulai tumbuh perlahan-lahan. Tempat yang baru kutemukan itulah yang memupukinya. Tempat ramai dimana orang-orang memberikan selembar kertas kepada orang lain dan orang tersebut membalas memberikan sebuah barang. Orang-orang sibuk tersebut sering mengucapkan kata yang asing bagiku, Pasar ! Tetapi di tengah perjalanan untuk mencapai tempat tersebut, tiba-tiba langkah kakiku semakin berat dan perlahan semakin berat. Aku mengira malaikat maut akan menghampiriku. Akupun terjatuh.
Sedetik sebelum aku tiba ke dalam alam bawah sadarku, aku mendengar lamat-lamat suara gadis kecil yag berkata ke arahku, “ Mama !! Coba kesini sebentar ! Lihat kasihan sekali. Bagaimana kalau kita bawa dia kerumah ? Terus kita kasih makan dan penghangat. Kasihankan dia kedinginan.” Di tengah pembicaraan sang gadis kecil dengan ibunya, akupun menjawab dengan perasaan yang sangat, sangat gembira, “ GUK…GUK…!!”
Penasaran ?? Klik disini...
Senin, 25 April 2011
Kita adalah Apa yang Kita Pikirkan ???
Kali ini saya ingin mengeluarkan uneg-uneg yang beberapa hari ini merasuki pikiran saya. Mari kita telusuri uneg-uneg itu he..he…
“Kita ini adalah apa yang kita pikirkan”, tetapi anehnya “Apa yang kita pikirkan terkadang berbeda dengan kenyataan”. Itulah yang akhir-akhir ini menghuni pikiran kosong saya. Ya memang, ada sau kejadian yang memacu saya berpikir seperti itu. Bukan hanya sekali saja kejadian itu terjadi, tetapi beberapa kali !
Mungkin sudah tidak asing lagi kata-kata mutiara (bisa dibilang begitu) “Kita ini adalah apa yang kita pikirkan” terdengar di telinga kita. Makna yang terpendam dari kalimat itu adalah tentang kekuatan pikiran yang menjelma menjadi sebuah sugesti dan dapat mendobrak rintangan sekokoh apapun untuk dapat terwujud. Ya hanya dengan pikiran, tentu saja bukan sembarang pikiran. Jika kita sewaktu-waktu berpikir ingin menjadi dokter, maka kita akan menjadi dokter kelak kemudian hari. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari usaha yang menunjang untuk mencapai terwujudnya pikiran itu.
Dalam kalimat itu juga tergambar sebuah kekuatan yang amat besar, yang dapat membuat mimpi kita tercapai, FOKUS !!! Ya memang kekuatan focus itu luar biasa DAHSYAT (Eiiittttsss, bukan program musik lho…he…he..). Bayangkan dengan kekuatan focus sinar laser dapet menembus baja yang begitu tebalnya. Nah, mengapa tidak kita belajar dari sinar laser ??? Dengan memikirkan suatu mimpi, maka bayangan tentang semua jalan untuk mencapai mimpi tersebut akan terlihat. Kemudian sedikit demi sedikit kita akan terfokus untuk menempuh dan menggapai mimpi tersebut. Percaya tidak percaya, percayalah. He…he…
Sesuai dengan penjelasan saya di awal tadi bahwa terkadang apa yang kita pikirkan berbeda dengan kenyataan. Mungkin kita akan bertanya-tanya, bukankah kita ini adalah apa yang kita pikirkan ?? Oleh karena itu bukankah jika kita menghendaki menjadi sesuatu, maka kita pasti menjadi sesuatu tersebut ?? Memang benar saudaraku (Jiiiaaahhh… SKSD nih…hehehehe) apa yang kau katakan, tetapi engkau seolah-olah menghiraukan satu dzat yang paling besar, yang paling berkehendak, dari semua benda yang ada di alam semesta ini, Allah S.W.T. Allah S.W.T yang menciptakan dan mengatur semua benda yang ada di sekitar kita, begitu pula dengan kita. Oleh karena itu tidak semua “kita ini adalah apa yang kita pikirkan”. Allah S.W.T lah yang maha mengetahui, sang pembuat skenario kehidupan yang terbaik buat kita.
Penasaran ?? Klik disini...
Rabu, 13 April 2011
Maher Zain !!!
Akhirnya saya dapet juga biodata sang pelantun ini, setelah bertanya pada prof.wkipedia..he..he...
Maher Zain (bahasa Arab: ماهر زين – lahir 16 Maret 1981; umur 30 tahun) adalah penyanyi R&B Swedia, penulis lagu dan produser musik asal Lebanon. Dia juga tinggal untuk sementara di Amerika Serikat. Album debutnya Thank You Allah, dengan 13 lagu dan dua lagu bonus dirilis pada 1 November 2009, dengan Versi Perkusi eksklusif dan Versi Perancis dirilis tak lama kemudian. Dia bernyanyi terutama dalam bahasa Inggris, namun juga, antara lain, dalam bahasa Perancis, Arab, Urdu, Turki dan Melayu.
BIODATA
Nama : Maher Zain
Lahir : 16 Maret 1981 ,Tripoli, Libanon
Usia : 30 (waaaawwww.... masih setengah berondong booo !!)
Asal : Tripoli
Genre : R&B, musik jiwa, musik pop, musik dunia, musik akustik
Pekerjaan : Penyanyi, musisi, penulis lagu, komposer
Tahun Aktif : 2009–sekarang
Label : Awakening Records
Nah, sekarang mari simak bersama video favorite saya ini...hehehehe
Oya bagi yang mau download mp3 nya bisa klik link dibawah ini...
LINK-LINK (Loh ?? Ling-ling atau Link-link ??) he..he...
Akhir kata, saya ucapkan selamat merenung dan selamat menikmati Penasaran ?? Klik disini...
Minggu, 03 April 2011
Sebuah Catatan yang Terlupakan...
Tak terasa musim salju telah datang menjemputku dengan berjuta partikel dingin. Tapi memang tak seharusnya ia datang seterlambat ini, atau memang ia sudah merubah jadwalnya?. Tetapi anehnya aku belum juga beranjak dari tempat ini. Tiba-tiba ada satu hal yang menyita perhatianku, Jejak kaki ! Jejak-jejak kaki yang tercecer disekitarku membuat ketakutan tersendiri. Aneh memang hal tersebut aku rasakan. Berbeda dengan mereka yang di sebrang. Ku lihat mereka disana sangat menikmati keadaan ini. Huuufft. Mungkin aku harus sedikit rileks untuk bisa hidup sebagaimana mestinya. Dapatkah aku? Cahaya mentari yang menerobos dedaunan yang telah membeku, menguatkan dan meyakinkanku dengan berjuta alasan. Aku terdiam dan percaya.
20 November 2011
Cahaya yang kemarin menyilaukan bangun tidurku, kini perlahan-lahan hilang. Seolah-olah ia telah mengkhianati janjinya. Aku masih terdiam seperti hari sebelumnya, tetapi apa boleh buat. Keadaan memaksaku untuk diam, tidak bergerak sedikitpun. Kecuali sahabatku angin yang menggerakanku. Sungguh besar jasa sahabatku itu. Percaya atau tidak ia telah mempertemukanku dengan jodoh yang aku idam-idamkan selama ini. Kamipun menjadi keluarga bahagia karenanya.
Ku lihat anak-anakku, mereka sangat kedinginan. Aku mulai khawatir mereka tak dapat bertahan. Hanya meyelimuti mereka dengan do’a yang dapat kuperbuat. Andai suamiku masih ada, mungkin keadaan menjadi lebih baik. Tapi sayangnya ia telah tiada terlindas oleh mobil besar dipinggir jalan. Aku yang berusaha mengingatkannya hanya terdiam membisu setelah kejadian itu. Dalam hati aku menangis sekencang-kencangnya. Ingin aku keluarkan tangisan ini, tapi tak bisa. Sekali lagi keadaan yang membuatku seperti ini. Sungguh memilukan.
24 November 2011
Sahabatku angin perlahan-lahan lepas kendali dan emosinya tak terkontrol. Kejadian seperti itu sudah sering terjadi. Entah apa penyebabnya, mungkin ia sedang ada masalah. Pernah suatu hari pacarnya, sang tekanan, berselingkuh dengan cara pergi ke tempat lain dengan sang uap air. Ia marah sejadi-jadinya dan ada satu hal ciri khas jika ia sedang marah, yaitu berputar-putar di satu titik dan membuat semua benda tertarik ke arahnya. Akupun hampir saja ikut terbawa tetapi untungnya ia masih ingat padaku dan berusaha menjauh dariku. Sementara aku hanya terdiam dibawah pelindung kardus ini. Hufffttt.
Akankah sahabatku angin benar-benar lepas kendali lagi ? Aku tidak tahu tetapi aku harap tidak. Kejadian mengerikan itu jangan sampai terjadi lagi. Aku tidak ingin kehilangan salah satu kaki lagi. Jika aku tidak punya kaki lagi, bagaimana aku akan melindungi anak-anakku ? Bagaimana aku memenuhi tanggung jawabku sebagai ibu ? Bagaimana ? Rasa khawatirku semakin menjadi-jadi ketika sahabatku membawa sang udara dingin bersamanya. Pikiranku semakin kalut dan tak terkendali. Berbagai kejadian mengerikan mengahantui pemikiranku. Aku mulai terkena depresi ringan.
25 November 2011
Tidak ! Sang angin benar-benar kehilangan kendali. Tetapi untunglah tak separah musim panas dulu. Mungkin beberapa salju menumpakinya sehingga pikirannya sedikit tenang. Tetapi tetap saja itu semua dapat membahayakan anak-anakku. Berbeda dengan musim panas lalu, sahabatku itu tak dapat mengendalikan diri untuk menjauh dariku. Dia menerjang semua wilayah ! Otakku sibuk bekerja mencari cara agar anak-anakku dapat selamat. Bagaimana ini ?? Tak ada ide, tak ada cara. Yang ada hanyalah keputusasaan. Mungkin sudah saatnya aku pasrah dan menggantungkan hidupku pada Tuhan. Beberapa detik sebelum sahabatku menerjang, aku sempat berdo’a dalam hati kecilku, “Tuhanku, aku pasrah. Aku gantungkan hidupku dan hidup anak-anakku pada-Mu. Berilah keadaan yang terbaik untuk kami menurut pandangan-Mu. Karena hal yang menurut kami baik, belum tentu baik menurut-Mu. Begitupun sebaliknya.”. Dia datang !! Tetapi aku sudah siap.
27 November 2011
Badai telah berlalu. Aku berada dimana ? Apakah di surga ? Tidak, rasanya aku masih bisa melihat seberkas cahaya di ujung sana. Perlahan-lahan aku merangkak walaupun harus menahan rasa sakit. Sakit tak terperi. Dalam perjalanan tersebut aku melihat sosok yang ramah dan selalu mengumbar senyum yang hangat. Sungguh tidak asing lagi pemandangan tersebut. Pemandangan yang selalu menghiasi hari-hari indahku. Ya, sosok itu adalah suamiku. Ini adalah keadaan terbaik yang pernah kualami setelah suamiku tiada dan aku bisa melihat senyum indah itu lagi meskipun hanya sebuah ilusi. Ia berusaha memberiku semangat padaku untuk mencapai cahaya itu. Mungkin ia sadar bahwa anak-anakku sangat membutuhkan kehadiranku. Semangatku meluap-luap. Sungguh tak tertahankan.
Setelah berhasil mencapai cahaya tersebut, aku perlahan-lahan mendapatkan kembali kesadaranku. Tetapi kenyataan yang kudapat berbanding terbalik dengan ilusi yang ku alami, kenyataan pahit segera menyergapku. Ku lihat salah satu anakku tewas dan tercabut dari dunia tempat ia berpegangan. Aku bingung sekaligus kecewa dengan kenyataan yang kudapat, apa yang harus kuperbuat ? Apakah lebih baik aku kembali kedalam ilusiku ? Sang mentari di sela-sela kabut memberiku sebuah isyarat untuk tidak putus asa atas apa yang terjadi padaku. Ia kembali memberiku sebuah janji manis, ia berjanji akan selalu setia menemaniku untuk melewati musim yang dingin ini. Tetapi anehnya aku tetap saja termakan oleh janji busuk itu.
Aku hanya bisa membiarkan jasad anakku tergeletak disampingku. Aku benar-benar tak bisa bergerak. Setiap kali aku memandang tubuh itu, air mata menetes membasahi pori-pori kulitku. Hanya pagi hari yang membuatku bisa menguraikan air mata ini.Saat-saat seperti itu tidak akan aku sia-siakan untuk melampiaskan rasa sedih teramat sakit yang menimpaku.
28 November 2011
Di pagi hari yang kelam, tak terasa seluruh bagian rumahku telah tertutup oleh salju. Ini buruk, sangat buruk. Benda yang kusebut rumah adalah hanya sebuah penutup yang terbuat dari kardus. Ya, manusia yang tinggal disebelah yang memberikannya. Aku tinggal dibawah kardus usang ini sejak aku masih kecil. Tentunya banyak kenangan indah yang kulewati bersama. Jika rumahku telah tertupi oleh salju, bisa saja ia ambruk dan menimpa anak-anakku. Itulah yang hampi terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun ini kondisi rumahku sudah tidak baik lagi, bahkan dapat kukatakan sudah tak layak dipakai lagi. Dan lagi-lagi aku menyalahkan keadaan atas kondisiku ini. Itulah sifat orang yang tak berdaya sepertiku. Harap dimaklumi. Hufffttt.
11 Desember 2011
Sudah hampir dua minggu berlalu, tetapi rumahku masih bertahan. Syukurlah. Tetapi kekhawatiranku masih berlanjut karena musim salju masih tersisa 1 bulan lagi sebelum ia berlalu. Aku salut pada rumah kardusku. Walaupun telah renta tapi ia masih memiliki semangat juang untuk melindungi anak-anakku. Ucapan rasa terimakasih tak luput pula aku sampaikan pada Tuhanku yang telah memberi hidup lebih lama padaku. Alhamdulillah.
12 Desember 2011
Sang mentari perlahan-lahan mengkhianatiku. Ia pergi jauh dan membawa sang cahaya ikut bersamanya. Aku geram sekali terhadapnya. Ini kali kedua ia mengkhianatiku, entah apa tujuannya. Mungkin ia mendapat tawaran yang leih baik daripada aku. Sungguh terlalu ! Jika tak ada sang cahaya, bagaimana aku dapat makan dan menyambung hidup anak-anakku ? Mungkin aku juga yang terlampau bodoh mau saja termakan janji busuknya. Lagi-lagi aku mengeluh. Hufffttt.
15 Desember 2011
Suhu saat ini sekitar -25o Celcius. Nilai yang sangat ekstrim untuk sebuah suhu. Hal tersebut maklumi karena aku tinggal ditempat yang tidak rendah dan ditambah lagi sekarang musim salju. Aku sudah sangat lemah sekali karena sudah tiga hari ini sang mentari tak kunjung balik. Anak-anakku pun sepertinya sama sepertiku. Dalam dua minggu ini aku telah kehilangan dua anakku dan yang tersisa hanyalah dua anak kembar bungsuku. Keadaan mereka sungguh mengkhawatirkan. Semua anggota badannya sudah tak dapat digerakkan. Tapi dari sorot matanya ketika melihatku, aku mengerti bagaimana mereka sangat menderita. Mungkin itu adalah salah satu insting seorang ibu.
17 Desember 2011
Hari ini adalah hari yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Hari dimana aku gagal memenuhi tanggung jawabku sebagai seorang ibu. Dua anak kembar bungsuku telah kehilangan nyawa. Walaupun tak dapat bergerak, aku tahu dari tanah tempat mereka terbaring yang tiba-tiba berubah menjadi dingin. Aliran listrik berjuta-juta volt serasa menyentuh tubuhku. Aku sangat terpukul atas kejadian itu dan itu beribu-ribu kali lebih menyakitkan dari kejadian ketika suamiku mengakhiri hidupnya. Sungguh menyakitkan. Tetesan air mataku membeku dan tak dapat kukeluarkan lebih banyak. Tubuhku lemas seketika.
25 Desember 2011
8 hari aku sendiri tak ada siapa-siapa lagi yang kupunya. Dan keadaan memilukan tersebut bertambah parah ketika aku amati lingkungan sekitarku. Semuanya telah menyerah untuk hidup. Kini aku hanya sendiri di wilayah ini. Sungguh sendiri.
26 Desember 2011
Sepertinya aku akan mengakhiri hidupku juga dan menyusul mereka. Aku sudah tak tahan lagi. Aku disini sebagai orang yang gagal atas tanggung jawabku. Aku sebagai orang yang terkhianati. Dapatkah aku bertahan hidup ? Tidak ! Tak ada yang dapat membuatku bertahan hidup lagi. Karena aku hanyalah sebuah Lili putih yang tinggal di kaki gunung.
Penasaran ?? Klik disini...
Kamis, 24 Maret 2011
Detective Case part III
wah ada kasus yang menarik lagi neh. Tetapi dalam kasus ini saya juga agak kebingungan soalnya jawaban yang akan dikeluarkan masing-masing orang bakal berbeda-beda. Makannya saya bikin postingan ini untuk dapat tau pendapat aga-agan..he..he.. Mari kita mulai.
Aku beranjak ke masa Smu. Setelah lama memilih, akhirnya aku memilih SMU AJIB menjadi sekolahku selama kurang lebih 3 tahun. Aku suka dengan sekolah ini karena ada sebuah kasus yang akan kupecahkan. Yang menjadi legenda SMU AJIB.
Ini kasus tentang seorang murid di SMU AJIB. Konon, katanya dia adalah anak yang jenius tapi memiliki keterbelakangan mental. Anak tersebut biasa menduduki bangku belakang di sudut kelasnya. Saat ujian, dengan ringannya ia mengisi seluruh jawabannya dengan baik dan benar. Tapi, setelah mengisi seluruh jawaban tiba-tiba sekelilingnya gelap dan ketik membuka mata seluruh jawabannya kosong! Bel berdering dan tes berakhir. Akhirnya, sang jenius mengumpulkan kertas koson dan tentunya tidak lulus tes. Sang jenius mati bunuh diri...
Beberapa tahun bangku tersebut kosong. Pada angkatan 20xx bangku itu kembali dihuni oleh seorang anak lelaki yang terkenal sebagai murid yang bodoh. Sehari sebelum ujian dimulai. Ia belajar siang dan malam. Pada saat ujian dimulai, dengan ringannya murid itu mengisi lembar jawabannya. Tapi, sekelilingnya tiba-tiba gelap dan saat membuka mata seluruh jawabannya kosong! Murid tersebut tidak lulus ujian dan mati karenanya.
Nah, kira-kira bagaimana hal tersebut dapat terjadi ?
Ada yang mau berpendapat?
http://www.kemudian.com/node/193936 Penasaran ?? Klik disini...
Selasa, 22 Maret 2011
Detective Case part II
Nah, pas saya lagi browsing-browsing lagi neh, saya ketemu lagi ama soal tipe beginian dan lagi-lagi (perasaan banyak kata "lagi" nya ya?? hahahaha..) saya tertarik untuk mengcopas (mohon maap apabila tidak ijin dulu tetapi saya mmasih ada dalam aturan mem-posting yaitu dengan menyertakan alamat web sumber) dan men-sharing ama temen-temen semua, he..he.. CEKIDOT dah gan !
NB :Saya udah tau jawabannya, dan yang berniat pengen menjawab silahkan menjawab di kolom komentar nanti saya beri tahu benar atau tidaknya, he..he.. :)
Pengurus hotel, Helen berkata bahwa saat ini hotel tua itu sangat sepi sehingga hanya ada 6 tamu saja yang sedang menginap, termasuk si Professor. Berikut nama kelima tamu lainnya: Nikita, Thomas, Julian, George dan Juliet.
Detetif Andy diantar Helen ke kamar 210, kamar yang ditempati korban. Mayat korban ditemukan terbaring di lantai. Tetapi rupanya korban sempat menulis sesuatu di lantai kayu dengan spidol, sebelum benar-benar menghembuskan nafas terakhir.
Pada baris pertama, korban menggambar :
sebuah segitiga – sebuah lingkaran – sebuah segiempat
Pada baris kedua, korban menulis :
10-21-12-9-1-14
Semenit kemudian Detektif Andy menuju ke kamar pembunuh dan menangkapnya.
Pertanyaannya : Berapa nomor kamar Tersangka dan siapakah dia?
http://fianzoner.blogspot.com/2010/06/teka-teki-detektif.html Penasaran ?? Klik disini...
Detective Case part I
Berawal dari keisengan saya mencari soal-soal yang bisa melatih intuisi, Eh saya ketemu noh ama soal ini. Terus saya dapet ide buat postingan yang sama di blog ane Selamat memecahkan kasus, he...he... Oh iya Clue-nya dalam memecahkan soal seperti ini harus lebih teliti, ntar tiba-tiba muncul dah ntuh jawaban.
Pantai Florida, ombak laut bergelombang dengan tenangnya. Tidak seperti kemarin dan lusa kemarin dimana terjadi badai yang hampir menenggelamkan sebuah kapal.
Hari ini cuaca cerah dan sinar matahari lumayan terik.
Sherlock Holmes sedang berlibur disana bersama adiknya Mary dan dua anak Mary, John dan Belinda cilik.
Sayang ketenangan mereka terusik karena terjadi serangkaian pencurian di hotel mereka tinggal di tepi pantai.
Berhubung karena bantuan polisi yang dipanggil manajer hotel belum sampai, Sherlock Holmes mencoba membantunya.
Si manajer stress berat karena mendapat komplain keras dari 5 tamu hotel yang kehilangan barang-barang berharga.
Bisa hancur nama baik hotel tersebut kalau tidak segera menangkap pelakunya.
Sherlock Holmes mencurigai 5 orang disana yang mempunyai catatan kriminil dan pernah berurusan dengan polisi.
Ini hasil wawancaranya:
Orang 1 : Saya tinggal di pondok + 1500m dari hotel. Saya sudah insyaf dan tidak suka berbuat kejahatan lagi.
Orang 2 : Saya sudah menjadi orang baik-baik dan tinggal di sebuah rumah dekat pantai + 3 km dari sini. Saya menjadi pelukis sekarang.
Orang 3 : Saya menjadi pelayan di hotel ini tapi saya sudah insyaf, jadi anda tidak boleh menuduh sembarangan.
Orang 4 : Saya sudah tiga hari berkemah dekat pantai dan tidak mendekati hotel itu. Itu dia kemah saya. Saya sudah insyaf, pak.
Orang 5 : Saya bekerja sebagai penyelamat pantai disini. Saya sudah menjadi orang baik-baik. Maaf, saya ada kerjaan.
Sesaat kemudian Sherlock Holmes berhasil mengetahui dan menangkap si pencuri itu. Ada satu kesalahan kecil yang diperbuat oleh pencuri yang mengaku sudah menjadi orang baik-baik itu.
Liburan sekeluarga mereka pun menjadi lancar kembali.
** Siapa si pencuri itu? Dan apa alasannya? Mari kita coba bermain menjadi detektif...
http://fianzoner.blogspot.com/2010/06/teka-teki-detektif-kasus1.html Penasaran ?? Klik disini...
Jumat, 11 Maret 2011
Cermin III
Tak ada cermin yang tak retak bila kusentuh
Berawal dari goresan kecil tak kasat mata
Aku pun tak menghiraukannya
Hingga rasa pilu ini memenuhiku tanpa kenal batas
Goresan membesar
Lama-lama membesar
Dan Sang pilu sangat setia memupuki goresan itu
Ketika aku perlahan mendekat
Ketika kulit tipis ku berada diantara cermin dan goresan itu
Semua partikel cermin meledak seketika
Seolah-olah lepas dari kekangan sang waktu
Partikel yang kegirangan…
Masuk menembus dimensi emosi
Membuka kunci tahanan, sang pilu yang hendak keluar
Tak bisa kubendung lagi…
Sungguh tak bisa
Kini aku hanya terdiam…
Membiarkannya menenggelamkanku
Kedalam mimpi-mimpi kosong yang tak ada ambang batas
Kini aku hanya terdiam…
Menatap debu serpihan-serpihan kecil, sang cermin
Penasaran ?? Klik disini...
Cermin II
Karya :Ilyaza Gusnawan
Setiap sendi kecil leherku bergerak
Bayang-bayang itupun mengikuti
Bayangan yang sama di setiap noda waktu
Tetapi ketika mata ini kupenjamkan
Bayang-bayang itu memudar seketika
Dan tiba-tiba dia mengurungku kedalam sebuah kotak cermin
Bayangan itu semakin menjadi-jadi
Sosok bayang yang terasing dari semua keindahan
Sosok bayang yang ditinggalkan oleh zaman
Semakin terasing
Lama-lama semakin terasing
Tiada kelebihan yang tampak, semuanya serba datar
Bayang-bayang terasing…
Partikel-partikel cahaya terbias olehnya
Bergerak dalam suatu formasi membentuk sebuah siluet
Siluet yang mengharapkan hangatnya kebersamaan
Memintaku menuntunnya keluar
Dan terus memohon…
Tapi aku tak bisa
Karena dia adalah bayangan diriku, ditengah dinginnya sebuah cermin
Penasaran ?? Klik disini...
Jumat, 25 Februari 2011
Pemberitahuan
Hoaaamm... akhirnya kejadian terulang kembali. Waktu dimana saya telah masuk kedalam titik 0 atau titik jenuh dalam mengelola blog. Tadinya saya mau ngejadiin blog ini khusus buat puisi-puisi aja, tapi setelah beberapa bulan berlalu (sebenernya baru 2 bulan sih...he..he..) saya amati pengunjung blog ini sepi banget. (T_T) Setelah berpikir dengan keras sampe otak saya turun mesin (halaah... kayak yang punya otak aja), saya memutuskan untuk mengubah blog ini menjadi blog yang berisikan tentang hal-hal yang sedikit ga jelas. Maksudnya untuk menarik peminat gitu, tapi kalo masih sepi juga saya kaga tau lagi dah mau digimanain ini blog. Cukup sekian kiranya dari saya tentang pemberitahuan ini. Itu juga kalo temen-temen pengen tau.
--------SELAMAT MENGERJAKAN-----------
Loh ??? he..he.. gara-gara keseringan lihat soal ujian jadi salah tulis dah. Harusnya :
---------SELAMAT MEMBACA-------------
Peringatan : Membaca blog ini dapat menyebabkan ketidakjelasan, kegajean, dan ketidaknormalan terhadap anda dan pemikiran anda. Diharapkan anda menyediakan beberapa galon air apabila terjadi kegaringan disana-sini dan disetiap titik bencana kegaringan. Terimakasih.
Penasaran ?? Klik disini...
Sabtu, 12 Februari 2011
Penguasa Waktu
Karya : Ilyaza Gusnawan
Tik...tok...tik...tok...
Tok...tik...tok...
Kriiingg....Kriiingg...
Cek..cok..cek...
Cok..cek...cok...
Triingg... Tringg
Trek..trik..trek..
Trek..trik.trok..
Cring...cring..
arrrrggghhhhh !!!!
Braaaaaaakkkkkkkkkk !!!
Penasaran ?? Klik disini...
Jumat, 04 Februari 2011
Api
Karya : Ilyaza Gusnawan
Tak pernahkah engkau melihat awan?
Putih, bersih, dan jauh dari kenyataan…
Sekarang bandingkan dengan api…
Begitu merah dan hasrat merusak jelas tampak berayun-ayun…
Jika engkau tak memberi batas kepada keduanya…
Kesucian itu akan berubah menjadi hitam…
Layaknya sang ombak yang menerkam sungai kecil…
Lihatlah hujan telah turun !
Tetapi, noda-noda sang api masih membekas di permukaan…
Ketika permukaan itu bersatu dengan bumi…
Benih kerusakan merambah ke bebatuan…
Danau-danau menjerit kesakitan…
Apakah engkau mendengarnya?
Tubuh-tubuh berkambium jatuh berirama…
Ketukannya membentuk suasana mencekam…
Terguling-guling di lautan yang dangkal, terombang-ambing pada nafsu semata…
Dapatkah engkau berpikir ?
Semua itu tak lebih dari keserakahan, awal dari kehancuran…
Benar saja, lihatlah sekarang!
Aroma kemiskinan tercium di sana-sini…
Entah apa yang mereka pikirkan…
Tapi, tak apa…
Karena tiba saatnya aku yang merubahnya!
Penasaran ?? Klik disini...
Minggu, 30 Januari 2011
Waktu
Karya : Kahlil Gibran
Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai,
diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.
sumber : http://puisi-gibran.blogspot.com/
Penasaran ?? Klik disini...
Hampa
karya : Ilyaza Gusnawan
Sendiri menyepi
Anginpun tak sanggup menemaniku
Aku merasa tidak ada disini
Tidak dimanapun...
Wajarkah ?
Aku butuh imajinasi baru
Imajinasi yang berbeda dari biasanya
...Yang dapat membuatku kembali pada dunia ini
Kosong...
Entah mengapa aku kembali ke dunia ini
Semuanya ada disini tapi terasa tidak
Apakah aku lebih baik kembali ?...
Melihat sesuatu hal dari sisi yang berbeda
Membuat pikiranku kacau sekacau-kacaunya
Mematikan seluruh rasa, rasa untuk hidup
....Inikah hampa ?
Penasaran ?? Klik disini...
Nilai Kasih Sayang Seorang Ibu
Pernahkah anda bayangkan seberapa besar nilai kasih sayang seorang ibu ? Ia yang mengurus kita dari lahir hingga besar seperti ini. Ia melakukan semua itu dengan rasa ikhlas dan tanpa pamrih. Agar lebih menyadari besarnya nilai kasih sayang seorang ibu, mari kita simak cerita di bawah ini.
Seorang anak mendapati ibunya yangsedang sibuk di dapur. Kemudian ia menuliskan sesuatu di selembar kertas. Ibunya menerima kertas tersebut dan membacanya.
" Ongkos Upah membantu Ibu :
- Membantu ibu di warung ------------- Rp20.000
- Menjaga adik ------------------------- Rp20.000
- Membuang sampah ------------------- Rp5.000
- Membersihkan tempat tidur ---------- Rp10.000
- Menyiram bunga --------------------- Rp15.000
- Menyapu ----------------------------- Rp15.000
Total-----------------------------------Rp85.000 "
Selesai membaca ibu tersebut tersenyum sambil mengambil pena. Kemudian menuliskan sesuatu di belakang kertas yang sama.
" Ongkos upah merawat anakku :
- Mengandung selama 9 bulan --------------------------------- GRATIS
- Tidur malam karena menjagamu ---------------------------- GRATIS
- Air mata yang menetes karenamu --------------------------- GRATIS
- Khawatir memikirkan keadaanmu --------------------------- GRATIS
- Menyediakan pakaian,makanan, dan segala keperluanmu ---- GRATIS
Total nilai kasih sayangku ------------------------------------- GRATIS "
Air mata si anak berlinang setelah membacanya. Lalu ia peluk ibunya erat-erat dan berkata, " Aku sayang Ibu ! ". Kemudian ia mengambil pena dan menulis di kertas yang tadi ditulisnya :
"LUNAS"
Karya : NN
Penasaran ?? Klik disini...
Cermin
Karya : Ilyaza Gusnawan
Dia memberiku sebuah cermin,,
Cermin datar yang sangat indah,,,
Aku melihat bayangan diriku begitu apa adanya,,
Aku kecewa,,,
Aku menginginkan sesuatu yang lebih,,
Aku terdiam,,,
Dia memberiku sebuah cermin,,,Cermin cekung yang mempesona,,,
Aku melihat bayangan diriku begitu kecil dan tidak indah,,,
Aku tertegun,,
Apakah semua itu hanya halusinasi ?
Aku menjerit,,,
Dia memberiku sebuah cermin,,
Cermin cembung yang menyilaukan,,,
Aku melihat bayangan diriku begitu besar dan berwibawa,,
Aku tercengang,,
Aku tak peduli dengan semua dibelakangku,,
Aku bangga,,
Dia menasihatiku,
"Dapatkah engkau pecahkan salah satunya bocah kecil ?"
Hatiku tertusuk,,
Tubuhku kaku sedingin angin malam,,
Tiba-tiba dia menyadarkanku,,
Aku bangun dan memecahkan ketiganya,,,
Secercah cahaya perlahan-lahan muncul,,,
Dari retakan kecil cermin tersebut,,,
Aku senang karena dunia menerimaku kembali,,
Aku berlari,,
Berlari sekencang-kencangnya,,
Hingga kedua kakiku tak lagi menapak,,
Sampai angin membawaku ke sebuah titik arti kehidupan,,,
Penasaran ?? Klik disini...
Mereka Mendukungmu Dengan Cara yang Berbeda
Karya : Ilyaza Gusnawan
Ketika aku terduduk...
Mereka semua serentak berdiri...
Membiarkan ku sendiri...
Menatap keatas dengan kekecewaan...
Ketika aku berdiri...
Mereka semua terhenyak untuk duduk...
Membiarkan ku membusuk..
Menatap kebawah dengan keangkuhan...
Ketika aku terdiam bagai karang...
Mereka terdorong berlari...
Membiarkankan ku menyepi...
Menatap kedepan dengan sebuah kekosongan...
Ketika aku beranjak pergi...
Mereka sontak berhenti...
Membiarkankan ku tetap meniti...
Jalan panjang yang tak bertepi...
Adilkah ?
Hatiku berontak, membentak sang otak...
Sang otak berkata , “Mereka ingin membuatmu tak berarti...”
Hatiku menolak, “Mereka mendukungmu dengan cara yang berbeda...”
Kedua sahabatku itu memang sering berdebat...
Meraka saling mengalahkan, terkadang tak ada yang menang...
Semua terasa berat ketika harus mengambil keputusan...
Jadi manakah yang harus kupercaya ?
Penasaran ?? Klik disini...
Dimensi
Karya : Ilyaza Gusnawan
Terkadang, hujan memberikan inspirasi yang sangat mengejutkan. Ia jatuh satu persatu membasahi kulit sang bumi. Suara alam membuat suatu fantasi yang menakjubkan. Aku tenggelam kedalamnya dan terdampar disebuah dimensi lain. Bintang-bintang harapan mewarnai langit. 1001 warna menghiasi tanah. Aku terbang bebas menggapai suatu awan kebanggaan. Sungguh indah, sungguh mempesona.
Suara guntur menyadarkankan aku. Ia merusak semuanya, merusak negeri indah yang telah ku bangun bersama suara hujan. Jantungku berdegup kencang, malaikat maut seakan sedang memburuku di ujung sana. Malaikat itu menyeretku ke dimensi mimpi burukku, meski aku merinti dan meronta-ronta kesakitan.Aku berteriak, berharap seseorang berjalan ke arahku dengan membawa segudang impian. Tapi ia, tak menganggapkku tak ada, bahkan tak pernah hidup di dunia yang fana ini. Aku pasrah.
Tapi takdir berkehendak lain, suara guntur perlahan-lahan hilang ditelan masa. Yang tersisa hanyalah sebuah memori. Memori yang tidak akan pernah aku lupakan meski sebagian ragaku entah keamana. Kicau burung sayup-sayup terdengar bersahut-sahutan. Ditambah angin timur yang berlalu sepoi-sepoi. Waw ! satu kata yang terlintas dipikiranku. Damai. Semuanya berubah seketika. Semuanya serba apa adanya. Terbesit dalam hatiku, “Kemana saja kau ? Aku mencarimu selama ini. Kini kau hadir bersama kicau burung.”
Aku seakan menemui impianku yang telah lama hilang. Aku mencari dari satu dimensi ke dimensi lain, hingga kau hadir dengan sesuatu yang tak terduga. Aku besyukur padamu sang Khalik. Engkau telah mempertemukan hamba dengan dia, sang arti kehidupan.
Penasaran ?? Klik disini...
APAA ?
Karya : Ilyaza Gusnawan
Aku merasa asing disini,,,
Di tengah sekumpulan bayang-bayang putih,,,
Seseorang dengan lantang berkata, “What ??”
Kemudian duduk dan tersenyum sinis,,,
Ku lihat jauh kedalam dirinya,,,
Sebuah pohon kebanggan sedang bersemi di dalamnya,,,
Aku iri,,,
Seseorang berteriak tepat di hadapanku, “Wat ??”
Kemudian berdiri angkuh,,,,
Ku lihat jauh kedalam matanya,,,
Hujan kepercayaan sedang membasahi hatinya,,,
Sekali lagi aku iri,,,
Suara halus terdengar pelan, “Ce ?”
kemudian tertawa keras memekik telinga,,,
aku terheran,,
Sebuah alunan kegembiraan terdengar di hatinya,
Aku tak tahan lagi,,,
Sekejap ku berdiri,,,
Dan berteriak sekencang-kencangnya, “APAAAA ??”
Penasaran ?? Klik disini...