-->

Senin, 11 Juli 2011

Cermath : Kisah si X part II


Hufftt…. Akhirnya beres juga pekerjaanku di sekolah menengah pertama ini. Sungguh sangat melelahkan. Aku harus mondar-mandir dari satu buku, ke buku lainnya. Tetapi sang anak manusia itu tak kunjung mengerti pula. Apakah aku yang salah ? Atau guru mereka ? Mari kalian semua, para manusia, renungkan. Aku hanya bisa diam disini menunggu seorang manusia jenius yang bisa memaksimalkan potensiku

Papan tulis sedikit bedebu disini. Hal itu membuat kedatangan sang jenius terlihat jelas dari pulupuk mataku. Seorang anak remaja yang terlihat biasa saja, agak kucel memang. Tapi sungguh aku akui aura kejeniusannya terlihat jelas disudut ruang. Ia sangat lihai menggunakanku sampai-sampai aku tak tak butuh tenaga untuk membantunya. Bayangkan, sorang anak SMP (berasal dari peadalaman ku duga) mampu mengupas hampir semua teori-teori yang membuat bingung para sarjana muda. Bahkan para guru itu sampai geleng-geleng kepala dibuatnya (tentu saja bukan berarti mabuk…hehe). Entahlah darimana asalnya semua teori yang ia kuasai itu, akupun tak habis pikir. Inilah sosok yang ku tunggu-tunggu, yang mampu mengubah dunia manusia maupun dunia kami, dunia ilmu pengetahuan. Hai para remaja di muka bumi, kalian patut malu dan contohlah sang anak ajaib ini.

Sepulang dari pekerjaan ku di salah satu sekolah menengah pertama swasta itu, aku pun melepas penat dengan berkeliling taman matriks. Angka-angka berjejer dengan rapi sesuai dengan ordonya, para variable pekerja pun dengan giat mengurus kebun taman mereka. Pandangan ku tiba-tiba berhenti pada satu titik di ujung jalan, yang membuat ku terpesona. Terpesona bukan kepalang. Sebuah taman matriks identitas terpapapar indah dengan sentuhan yang luar biasa. Memang ukurannya tidak terlalu luas, hanya 2 x 2 saja, tapi penataannya itu yang membuatku terpesona. Ditengah-tengah taman itu, sesosok variable muncul dengan senyuman memukau. Ya, dia adalah variable yang paling indah yang pernah aku temui. Namun, aku belum sempat menanyakan identitasnya. Tapi tak apalah pikirku. Mungkin aku besok bisa menemuinya lagi disini.

Matahari esok telah bangun dari tidurnya. Aku bersemangat sekali hari ini karena sesuatu hal yang kalian pasti tahu apa itu. Aku mulai berlagak seperti detektif untuk mencari data tentang dewi variable yang telah mengisi himpunan kosong sang hati ku ini. Kalau membahas tentang data, aku tahu tempat yang tapat. Departemen statistika !! Tempat itulah yang menyediakan data yang akurat tentang variable di dunia ini. Sempat linglung juga aku ketika berada disana. Karena ada banyak sekali data, dan saya tidak tahu data tentangnya ada dimana. Bingo !! Entah takdir yang membawaku atau apa, secara kebetulan aku menemukan berkasnya tergeletak di atas meja. Lega hatiku ketika mengetahui identitas aslinya, dia adalah variable “Y”, putri satu-satunya dari Pak “Z”.Dengan nafas yang tergesa-gesa aku segera menuju taman matriks berharap ia ada disana seperti kemarin. Brukk !! Tiba-tiba aku bertabrakan dengan satu variable, ternyata dia !!

Berawal dari pertemuan tak lazim itu, kemudian hubungan kami berlanjut menjadi sepasang kekasih yang tidak dapat dipisahkan setelah kejadian bersejarah itu. Kami sudah berikrar janji dan pindah ke daerah pesisir diagram cartesius. Kami bersama-sama dalam persamaan garis dan memiliki sepasang anak X dan Y dalam persamaan lingkaran. Yah, memang kini umurku sudah berpangkat 2 dalam persamaan itu. Hari-hari kami lewati dengan kebahagiaan yang luar biasa. Sungguh keluarga yang aku idam-idamkan selama ini. Anak-anak ku pun tidak ada yang nakal, semuanya begitu penurut. Ya, memang aku sedikit khawatir akibat berkembangnya isu tentang teorema sesat yang sering menculik anak-anak kecil. Ditambah anak-anakku cukup cerdas untuk mereka jadikan incaran. Tapi aku yakin selama berpegang teguh pada teorema (semacam agama dalam kehidupan manusia) yang benar .

Suatu ketika, ketakutanku semakin menjadi-jadi. Terdengar kabar disana-sini bahwa sepasang anak-anakku telah ikut dalam teorema sesat itu. Aku panik dan hilang kendali. Apa yang harus ku lakukan ?? Akhirnya aku memutuskan melapor kepada sesepuh di rumah polinom. Rumah polinom merupakan rumah tempat berkumpulnya variabel-variabel yang telah berpangkat lebih dari 1000. Tetapi kini, para sesepuh dirumah itu tidaklah banyak. Kau tahu mengapa ? karena sebagian mereka disana telah direinkarnasikan sesuai dengan teorema sisa pembagian. Pangkat mereka yang tadinya beribu-ribu kini menjadi satuan kembali.

Betapa terkejutnya aku mendengar informasi yang dikatakan para sesepuh. Para penganut teorema sesat membawa jemaah mereka ke dunia kalkulus yang begitu aku takutkan. Mereka akan membuat suatu formula matematika yang dapat mengubah dunia ini menjadi semakin kelam, dipenuhi dengan himpunan kosong. Sebenarnya bukan hanya tugasku untuk menghentikan mereka, tapi tugas semua variabel di dunia ini. Yah, apa boleh buat, mereka tidak peduli dengan keadaanku. Aku terpaksa pergi bersama istriku untuk mengarungi dunia kalkulus. Satu-satunya jalan menuju kedunia itu adalah melalui gerbang fungfi limit. Memang agak berat hatiku masuk kembali kedunia itu, ini semacam trauma kecil. Tapi demi kedua buah hatiku, aku siap. Aku siap menerima resiko apa pun itu. Kami siap. Sangat siap.

Bersambung….
Penasaran ?? Klik disini...