Karya : Ilyaza Gusnawan
Terkadang, hujan memberikan inspirasi yang sangat mengejutkan. Ia jatuh satu persatu membasahi kulit sang bumi. Suara alam membuat suatu fantasi yang menakjubkan. Aku tenggelam kedalamnya dan terdampar disebuah dimensi lain. Bintang-bintang harapan mewarnai langit. 1001 warna menghiasi tanah. Aku terbang bebas menggapai suatu awan kebanggaan. Sungguh indah, sungguh mempesona.
Suara guntur menyadarkankan aku. Ia merusak semuanya, merusak negeri indah yang telah ku bangun bersama suara hujan. Jantungku berdegup kencang, malaikat maut seakan sedang memburuku di ujung sana. Malaikat itu menyeretku ke dimensi mimpi burukku, meski aku merinti dan meronta-ronta kesakitan.Aku berteriak, berharap seseorang berjalan ke arahku dengan membawa segudang impian. Tapi ia, tak menganggapkku tak ada, bahkan tak pernah hidup di dunia yang fana ini. Aku pasrah.
Tapi takdir berkehendak lain, suara guntur perlahan-lahan hilang ditelan masa. Yang tersisa hanyalah sebuah memori. Memori yang tidak akan pernah aku lupakan meski sebagian ragaku entah keamana. Kicau burung sayup-sayup terdengar bersahut-sahutan. Ditambah angin timur yang berlalu sepoi-sepoi. Waw ! satu kata yang terlintas dipikiranku. Damai. Semuanya berubah seketika. Semuanya serba apa adanya. Terbesit dalam hatiku, “Kemana saja kau ? Aku mencarimu selama ini. Kini kau hadir bersama kicau burung.”
Aku seakan menemui impianku yang telah lama hilang. Aku mencari dari satu dimensi ke dimensi lain, hingga kau hadir dengan sesuatu yang tak terduga. Aku besyukur padamu sang Khalik. Engkau telah mempertemukan hamba dengan dia, sang arti kehidupan.
Minggu, 30 Januari 2011
Dimensi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar