-->

Minggu, 30 Januari 2011

Waktu


Karya : Kahlil Gibran

Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.

Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai,

diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.

Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.

Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.

Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?

Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.

sumber : http://puisi-gibran.blogspot.com/
Penasaran ?? Klik disini...

Hampa

karya : Ilyaza Gusnawan

Sendiri menyepi
Anginpun tak sanggup menemaniku
Aku merasa tidak ada disini
Tidak dimanapun...

Wajarkah ?
Aku butuh imajinasi baru
Imajinasi yang berbeda dari biasanya
...Yang dapat membuatku kembali pada dunia ini

Kosong...
Entah mengapa aku kembali ke dunia ini
Semuanya ada disini tapi terasa tidak
Apakah aku lebih baik kembali ?...

Melihat sesuatu hal dari sisi yang berbeda
Membuat pikiranku kacau sekacau-kacaunya
Mematikan seluruh rasa, rasa untuk hidup
....Inikah hampa ?
Penasaran ?? Klik disini...

Nilai Kasih Sayang Seorang Ibu

Pernahkah anda bayangkan seberapa besar nilai kasih sayang seorang ibu ? Ia yang mengurus kita dari lahir hingga besar seperti ini. Ia melakukan semua itu dengan rasa ikhlas dan tanpa pamrih. Agar lebih menyadari besarnya nilai kasih sayang seorang ibu, mari kita simak cerita di bawah ini.

Seorang anak mendapati ibunya yangsedang sibuk di dapur. Kemudian ia menuliskan sesuatu di selembar kertas. Ibunya menerima kertas tersebut dan membacanya.

" Ongkos Upah membantu Ibu :
- Membantu ibu di warung ------------- Rp20.000
- Menjaga adik ------------------------- Rp20.000
- Membuang sampah ------------------- Rp5.000
- Membersihkan tempat tidur ---------- Rp10.000
- Menyiram bunga --------------------- Rp15.000
- Menyapu ----------------------------- Rp15.000
Total-----------------------------------Rp85.000 "

Selesai membaca ibu tersebut tersenyum sambil mengambil pena. Kemudian menuliskan sesuatu di belakang kertas yang sama.
" Ongkos upah merawat anakku :
- Mengandung selama 9 bulan --------------------------------- GRATIS
- Tidur malam karena menjagamu ---------------------------- GRATIS
- Air mata yang menetes karenamu --------------------------- GRATIS
- Khawatir memikirkan keadaanmu --------------------------- GRATIS
- Menyediakan pakaian,makanan, dan segala keperluanmu ---- GRATIS
Total nilai kasih sayangku ------------------------------------- GRATIS "

Air mata si anak berlinang setelah membacanya. Lalu ia peluk ibunya erat-erat dan berkata, " Aku sayang Ibu ! ". Kemudian ia mengambil pena dan menulis di kertas yang tadi ditulisnya :

"LUNAS"

Karya : NN
Penasaran ?? Klik disini...

Cermin


Karya : Ilyaza Gusnawan


Dia memberiku sebuah cermin,,
Cermin datar yang sangat indah,,,
Aku melihat bayangan diriku begitu apa adanya,,
Aku kecewa,,,
Aku menginginkan sesuatu yang lebih,,
Aku terdiam,,,

Dia memberiku sebuah cermin,,,Cermin cekung yang mempesona,,,
Aku melihat bayangan diriku begitu kecil dan tidak indah,,,
Aku tertegun,,
Apakah semua itu hanya halusinasi ?
Aku menjerit,,,

Dia memberiku sebuah cermin,,
Cermin cembung yang menyilaukan,,,
Aku melihat bayangan diriku begitu besar dan berwibawa,,
Aku tercengang,,
Aku tak peduli dengan semua dibelakangku,,
Aku bangga,,

Dia menasihatiku,
"Dapatkah engkau pecahkan salah satunya bocah kecil ?"
Hatiku tertusuk,,
Tubuhku kaku sedingin angin malam,,
Tiba-tiba dia menyadarkanku,,

Aku bangun dan memecahkan ketiganya,,,
Secercah cahaya perlahan-lahan muncul,,,
Dari retakan kecil cermin tersebut,,,
Aku senang karena dunia menerimaku kembali,,

Aku berlari,,
Berlari sekencang-kencangnya,,
Hingga kedua kakiku tak lagi menapak,,
Sampai angin membawaku ke sebuah titik arti kehidupan,,,
Penasaran ?? Klik disini...

Mereka Mendukungmu Dengan Cara yang Berbeda


Karya : Ilyaza Gusnawan

Ketika aku terduduk...
Mereka semua serentak berdiri...
Membiarkan ku sendiri...
Menatap keatas dengan kekecewaan...


Ketika aku berdiri...
Mereka semua terhenyak untuk duduk...
Membiarkan ku membusuk..
Menatap kebawah dengan keangkuhan...

Ketika aku terdiam bagai karang...
Mereka terdorong berlari...
Membiarkankan ku menyepi...
Menatap kedepan dengan sebuah kekosongan...


Ketika aku beranjak pergi...
Mereka sontak berhenti...
Membiarkankan ku tetap meniti...
Jalan panjang yang tak bertepi...


Adilkah ?
Hatiku berontak, membentak sang otak...
Sang otak berkata , “Mereka ingin membuatmu tak berarti...”
Hatiku menolak, “Mereka mendukungmu dengan cara yang berbeda...”

Kedua sahabatku itu memang sering berdebat...
Meraka saling mengalahkan, terkadang tak ada yang menang...
Semua terasa berat ketika harus mengambil keputusan...
Jadi manakah yang harus kupercaya ?
Penasaran ?? Klik disini...

Dimensi


Karya : Ilyaza Gusnawan

Terkadang, hujan memberikan inspirasi yang sangat mengejutkan. Ia jatuh satu persatu membasahi kulit sang bumi. Suara alam membuat suatu fantasi yang menakjubkan. Aku tenggelam kedalamnya dan terdampar disebuah dimensi lain. Bintang-bintang harapan mewarnai langit. 1001 warna menghiasi tanah. Aku terbang bebas menggapai suatu awan kebanggaan. Sungguh indah, sungguh mempesona.

Suara guntur menyadarkankan aku. Ia merusak semuanya, merusak negeri indah yang telah ku bangun bersama suara hujan. Jantungku berdegup kencang, malaikat maut seakan sedang memburuku di ujung sana. Malaikat itu menyeretku ke dimensi mimpi burukku, meski aku merinti dan meronta-ronta kesakitan.Aku berteriak, berharap seseorang berjalan ke arahku dengan membawa segudang impian. Tapi ia, tak menganggapkku tak ada, bahkan tak pernah hidup di dunia yang fana ini. Aku pasrah.

Tapi takdir berkehendak lain, suara guntur perlahan-lahan hilang ditelan masa. Yang tersisa hanyalah sebuah memori. Memori yang tidak akan pernah aku lupakan meski sebagian ragaku entah keamana. Kicau burung sayup-sayup terdengar bersahut-sahutan. Ditambah angin timur yang berlalu sepoi-sepoi. Waw ! satu kata yang terlintas dipikiranku. Damai. Semuanya berubah seketika. Semuanya serba apa adanya. Terbesit dalam hatiku, “Kemana saja kau ? Aku mencarimu selama ini. Kini kau hadir bersama kicau burung.”

Aku seakan menemui impianku yang telah lama hilang. Aku mencari dari satu dimensi ke dimensi lain, hingga kau hadir dengan sesuatu yang tak terduga. Aku besyukur padamu sang Khalik. Engkau telah mempertemukan hamba dengan dia, sang arti kehidupan.
Penasaran ?? Klik disini...

APAA ?


Karya : Ilyaza Gusnawan

Aku merasa asing disini,,,
Di tengah sekumpulan bayang-bayang putih,,,

Seseorang dengan lantang berkata, “What ??”
Kemudian duduk dan tersenyum sinis,,,
Ku lihat jauh kedalam dirinya,,,
Sebuah pohon kebanggan sedang bersemi di dalamnya,,,
Aku iri,,,

Seseorang berteriak tepat di hadapanku, “Wat ??”
Kemudian berdiri angkuh,,,,
Ku lihat jauh kedalam matanya,,,
Hujan kepercayaan sedang membasahi hatinya,,,
Sekali lagi aku iri,,,


Suara halus terdengar pelan, “Ce ?”
kemudian tertawa keras memekik telinga,,,
aku terheran,,
Sebuah alunan kegembiraan terdengar di hatinya,


Aku tak tahan lagi,,,
Sekejap ku berdiri,,,
Dan berteriak sekencang-kencangnya, “APAAAA ??”
Penasaran ?? Klik disini...