-->

Senin, 25 April 2011

Kita adalah Apa yang Kita Pikirkan ???


Kali ini saya ingin mengeluarkan uneg-uneg yang beberapa hari ini merasuki pikiran saya. Mari kita telusuri uneg-uneg itu he..he…
“Kita ini adalah apa yang kita pikirkan”, tetapi anehnya “Apa yang kita pikirkan terkadang berbeda dengan kenyataan”. Itulah yang akhir-akhir ini menghuni pikiran kosong saya. Ya memang, ada sau kejadian yang memacu saya berpikir seperti itu. Bukan hanya sekali saja kejadian itu terjadi, tetapi beberapa kali !

Mungkin sudah tidak asing lagi kata-kata mutiara (bisa dibilang begitu) “Kita ini adalah apa yang kita pikirkan” terdengar di telinga kita. Makna yang terpendam dari kalimat itu adalah tentang kekuatan pikiran yang menjelma menjadi sebuah sugesti dan dapat mendobrak rintangan sekokoh apapun untuk dapat terwujud. Ya hanya dengan pikiran, tentu saja bukan sembarang pikiran. Jika kita sewaktu-waktu berpikir ingin menjadi dokter, maka kita akan menjadi dokter kelak kemudian hari. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari usaha yang menunjang untuk mencapai terwujudnya pikiran itu.

Dalam kalimat itu juga tergambar sebuah kekuatan yang amat besar, yang dapat membuat mimpi kita tercapai, FOKUS !!! Ya memang kekuatan focus itu luar biasa DAHSYAT (Eiiittttsss, bukan program musik lho…he…he..). Bayangkan dengan kekuatan focus sinar laser dapet menembus baja yang begitu tebalnya. Nah, mengapa tidak kita belajar dari sinar laser ??? Dengan memikirkan suatu mimpi, maka bayangan tentang semua jalan untuk mencapai mimpi tersebut akan terlihat. Kemudian sedikit demi sedikit kita akan terfokus untuk menempuh dan menggapai mimpi tersebut. Percaya tidak percaya, percayalah. He…he…

Sesuai dengan penjelasan saya di awal tadi bahwa terkadang apa yang kita pikirkan berbeda dengan kenyataan. Mungkin kita akan bertanya-tanya, bukankah kita ini adalah apa yang kita pikirkan ?? Oleh karena itu bukankah jika kita menghendaki menjadi sesuatu, maka kita pasti menjadi sesuatu tersebut ?? Memang benar saudaraku (Jiiiaaahhh… SKSD nih…hehehehe) apa yang kau katakan, tetapi engkau seolah-olah menghiraukan satu dzat yang paling besar, yang paling berkehendak, dari semua benda yang ada di alam semesta ini, Allah S.W.T. Allah S.W.T yang menciptakan dan mengatur semua benda yang ada di sekitar kita, begitu pula dengan kita. Oleh karena itu tidak semua “kita ini adalah apa yang kita pikirkan”. Allah S.W.T lah yang maha mengetahui, sang pembuat skenario kehidupan yang terbaik buat kita.
Penasaran ?? Klik disini...

Rabu, 13 April 2011

Maher Zain !!!

Pada kesempatan kali ini, saya hendak memperkenalkan seorang penyanyi yang lagu-lagunya aduuuh beeeeuuhhh, menyentuh banget. Cocok buat kita-kita yang pengen merenung tentang kebesaran Allah S.W.T. Memang benar penyanyi ini belum terlalu terkenal di Indonesia, tetapi saya jamin begitu yu-yu semua (baca : anda-anda semua) denger pasti terhipnotis oleh kata-kata dan nada dari lagu-lagunya. Oke tanpa banyak mengeluarkan air liur lagi, saya perkenalkan dari sudut biru, ini diiiaaaaaa………….. Maher Zain !!!

Akhirnya saya dapet juga biodata sang pelantun ini, setelah bertanya pada prof.wkipedia..he..he...

Maher Zain (bahasa Arab: ماهر زين – lahir 16 Maret 1981; umur 30 tahun) adalah penyanyi R&B Swedia, penulis lagu dan produser musik asal Lebanon. Dia juga tinggal untuk sementara di Amerika Serikat. Album debutnya Thank You Allah, dengan 13 lagu dan dua lagu bonus dirilis pada 1 November 2009, dengan Versi Perkusi eksklusif dan Versi Perancis dirilis tak lama kemudian. Dia bernyanyi terutama dalam bahasa Inggris, namun juga, antara lain, dalam bahasa Perancis, Arab, Urdu, Turki dan Melayu.

BIODATA
Nama         : Maher Zain
Lahir           : 16 Maret 1981 ,Tripoli, Libanon                                                            
Usia            : 30 (waaaawwww.... masih setengah berondong booo !!)
Asal            : Tripoli
Genre          : R&B, musik jiwa, musik pop, musik dunia, musik akustik                                   
Pekerjaan    : Penyanyi, musisi, penulis lagu, komposer
Tahun Aktif  : 2009–sekarang
Label           : Awakening Records

Nah, sekarang mari simak bersama video favorite saya ini...hehehehe


Oya bagi yang mau download mp3 nya bisa klik link dibawah ini...
LINK-LINK (Loh ?? Ling-ling atau Link-link ??) he..he...
Akhir kata, saya ucapkan selamat merenung dan selamat menikmati Penasaran ?? Klik disini...

Minggu, 03 April 2011

Sebuah Catatan yang Terlupakan...

19 November 2011
         Tak terasa musim salju telah datang menjemputku dengan berjuta partikel dingin. Tapi memang tak seharusnya ia datang seterlambat ini, atau memang ia sudah merubah jadwalnya?. Tetapi anehnya aku belum juga beranjak dari tempat ini. Tiba-tiba ada satu hal yang menyita perhatianku, Jejak kaki ! Jejak-jejak kaki yang tercecer disekitarku membuat ketakutan tersendiri. Aneh memang hal tersebut aku rasakan. Berbeda dengan mereka yang di sebrang. Ku lihat mereka disana sangat menikmati keadaan ini. Huuufft. Mungkin aku harus sedikit rileks untuk bisa hidup sebagaimana mestinya. Dapatkah aku? Cahaya mentari yang menerobos dedaunan yang telah membeku, menguatkan dan meyakinkanku dengan berjuta alasan. Aku terdiam dan percaya.

20 November 2011
         Cahaya yang kemarin menyilaukan bangun tidurku, kini perlahan-lahan hilang. Seolah-olah ia telah mengkhianati janjinya. Aku masih terdiam seperti hari sebelumnya, tetapi apa boleh buat. Keadaan memaksaku untuk diam, tidak bergerak sedikitpun. Kecuali sahabatku angin yang menggerakanku. Sungguh besar jasa sahabatku itu. Percaya atau tidak ia telah mempertemukanku dengan jodoh yang aku idam-idamkan selama ini. Kamipun menjadi keluarga bahagia karenanya.
         Ku lihat anak-anakku, mereka sangat kedinginan. Aku mulai khawatir mereka tak dapat bertahan. Hanya meyelimuti mereka dengan do’a yang dapat kuperbuat. Andai suamiku masih ada, mungkin keadaan menjadi lebih baik. Tapi sayangnya ia telah tiada terlindas oleh mobil besar dipinggir jalan. Aku yang berusaha mengingatkannya hanya terdiam membisu setelah kejadian itu. Dalam hati aku menangis sekencang-kencangnya. Ingin aku keluarkan tangisan ini, tapi tak bisa. Sekali lagi keadaan yang membuatku seperti ini. Sungguh memilukan.
24 November 2011
         Sahabatku angin perlahan-lahan lepas kendali dan emosinya tak terkontrol. Kejadian seperti itu sudah sering terjadi. Entah apa penyebabnya, mungkin ia sedang ada masalah. Pernah suatu hari pacarnya, sang tekanan, berselingkuh dengan cara pergi ke tempat lain dengan sang uap air. Ia marah sejadi-jadinya dan ada satu hal ciri khas jika ia sedang marah, yaitu berputar-putar di satu titik dan membuat semua benda tertarik ke arahnya. Akupun hampir saja ikut terbawa tetapi untungnya ia masih ingat padaku dan berusaha menjauh dariku. Sementara aku hanya terdiam dibawah pelindung kardus ini. Hufffttt.
         Akankah sahabatku angin benar-benar lepas kendali lagi ? Aku tidak tahu tetapi aku harap tidak. Kejadian mengerikan itu jangan sampai terjadi lagi. Aku tidak ingin kehilangan salah satu kaki lagi. Jika aku tidak punya kaki lagi, bagaimana aku akan melindungi anak-anakku ? Bagaimana aku memenuhi tanggung jawabku sebagai ibu ? Bagaimana ? Rasa khawatirku semakin menjadi-jadi ketika sahabatku membawa sang udara dingin bersamanya. Pikiranku semakin kalut dan tak terkendali. Berbagai kejadian mengerikan mengahantui pemikiranku. Aku mulai terkena depresi ringan.
25 November 2011
         Tidak ! Sang angin benar-benar kehilangan kendali. Tetapi untunglah tak separah musim panas dulu. Mungkin beberapa salju menumpakinya sehingga pikirannya sedikit tenang. Tetapi tetap saja itu semua dapat membahayakan anak-anakku. Berbeda dengan musim panas lalu, sahabatku itu tak dapat mengendalikan diri untuk menjauh dariku. Dia menerjang semua wilayah ! Otakku sibuk bekerja mencari cara agar anak-anakku dapat selamat. Bagaimana ini ?? Tak ada ide, tak ada cara. Yang ada hanyalah keputusasaan. Mungkin sudah saatnya aku pasrah dan menggantungkan hidupku pada Tuhan. Beberapa detik sebelum sahabatku menerjang, aku sempat berdo’a dalam hati kecilku, “Tuhanku, aku pasrah. Aku gantungkan hidupku dan hidup anak-anakku pada-Mu. Berilah keadaan yang terbaik untuk kami menurut pandangan-Mu. Karena hal yang menurut kami baik, belum tentu baik menurut-Mu. Begitupun sebaliknya.”. Dia datang !! Tetapi aku sudah siap.
27 November 2011
         Badai telah berlalu. Aku berada dimana ? Apakah di surga ? Tidak, rasanya aku masih bisa melihat seberkas cahaya di ujung sana. Perlahan-lahan aku merangkak walaupun harus menahan rasa sakit. Sakit tak terperi. Dalam perjalanan tersebut aku melihat sosok yang ramah dan selalu mengumbar senyum yang hangat. Sungguh tidak asing lagi pemandangan tersebut. Pemandangan yang selalu menghiasi hari-hari indahku. Ya, sosok itu adalah suamiku. Ini adalah keadaan terbaik yang pernah kualami setelah suamiku tiada dan aku bisa melihat senyum indah itu lagi meskipun hanya sebuah ilusi. Ia berusaha memberiku semangat padaku untuk mencapai cahaya itu. Mungkin ia sadar bahwa anak-anakku sangat membutuhkan kehadiranku. Semangatku meluap-luap. Sungguh tak tertahankan.
         Setelah berhasil mencapai cahaya tersebut, aku perlahan-lahan mendapatkan kembali kesadaranku. Tetapi kenyataan yang kudapat berbanding terbalik dengan ilusi yang ku alami, kenyataan pahit segera menyergapku. Ku lihat salah satu anakku tewas dan tercabut dari dunia tempat ia berpegangan. Aku bingung sekaligus kecewa dengan kenyataan yang kudapat, apa yang harus kuperbuat ? Apakah lebih baik aku kembali kedalam ilusiku ? Sang mentari di sela-sela kabut memberiku sebuah isyarat untuk tidak putus asa atas apa yang terjadi padaku. Ia kembali memberiku sebuah janji manis, ia berjanji akan selalu setia menemaniku untuk melewati musim yang dingin ini. Tetapi anehnya aku tetap saja termakan oleh janji busuk itu.
         Aku hanya bisa membiarkan jasad anakku tergeletak disampingku. Aku benar-benar tak bisa bergerak. Setiap kali aku memandang tubuh itu, air mata menetes membasahi pori-pori kulitku. Hanya pagi hari yang membuatku bisa menguraikan air mata ini.Saat-saat seperti itu tidak akan aku sia-siakan untuk melampiaskan rasa sedih teramat sakit yang menimpaku.
28 November 2011
         Di pagi hari yang kelam, tak terasa seluruh bagian rumahku telah tertutup oleh salju. Ini buruk, sangat buruk. Benda yang kusebut rumah adalah hanya sebuah penutup yang terbuat dari kardus. Ya, manusia yang tinggal disebelah yang memberikannya. Aku tinggal dibawah kardus usang ini sejak aku masih kecil. Tentunya banyak kenangan indah yang kulewati bersama. Jika rumahku telah tertupi oleh salju, bisa saja ia ambruk dan menimpa anak-anakku. Itulah yang hampi terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun ini kondisi rumahku sudah tidak baik lagi, bahkan dapat kukatakan sudah tak layak dipakai lagi. Dan lagi-lagi aku menyalahkan keadaan atas kondisiku ini. Itulah sifat orang yang tak berdaya sepertiku. Harap dimaklumi. Hufffttt.
11 Desember 2011
         Sudah hampir dua minggu berlalu, tetapi rumahku masih bertahan. Syukurlah. Tetapi kekhawatiranku masih berlanjut karena musim salju masih tersisa 1 bulan lagi sebelum ia berlalu. Aku salut pada rumah kardusku. Walaupun telah renta tapi ia masih memiliki semangat juang untuk melindungi anak-anakku. Ucapan rasa terimakasih tak luput pula aku sampaikan pada Tuhanku yang telah memberi hidup lebih lama padaku. Alhamdulillah.
12 Desember 2011
          Sang mentari perlahan-lahan mengkhianatiku. Ia pergi jauh dan membawa sang cahaya ikut bersamanya. Aku geram sekali terhadapnya. Ini kali kedua ia mengkhianatiku, entah apa tujuannya. Mungkin ia mendapat tawaran yang leih baik daripada aku. Sungguh terlalu ! Jika tak ada sang cahaya, bagaimana aku dapat makan dan menyambung hidup anak-anakku ? Mungkin aku juga yang terlampau bodoh mau saja termakan janji busuknya. Lagi-lagi aku mengeluh. Hufffttt.
15 Desember 2011
          Suhu saat ini sekitar -25o Celcius. Nilai yang sangat ekstrim untuk sebuah suhu. Hal tersebut maklumi karena aku tinggal ditempat yang tidak rendah dan ditambah lagi sekarang musim salju. Aku sudah sangat lemah sekali karena sudah tiga hari ini sang mentari tak kunjung balik. Anak-anakku pun sepertinya sama sepertiku. Dalam dua minggu ini aku telah kehilangan dua anakku dan yang tersisa hanyalah dua anak kembar bungsuku. Keadaan mereka sungguh mengkhawatirkan. Semua anggota badannya sudah tak dapat digerakkan. Tapi dari sorot matanya ketika melihatku, aku mengerti bagaimana mereka sangat menderita. Mungkin itu adalah salah satu insting seorang ibu.
17 Desember 2011
          Hari ini adalah hari yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Hari dimana aku gagal memenuhi tanggung jawabku sebagai seorang ibu. Dua anak kembar bungsuku telah kehilangan nyawa. Walaupun tak dapat bergerak, aku tahu dari tanah tempat mereka terbaring yang tiba-tiba berubah menjadi dingin. Aliran listrik berjuta-juta volt serasa menyentuh tubuhku. Aku sangat terpukul atas kejadian itu dan itu beribu-ribu kali lebih menyakitkan dari kejadian ketika suamiku mengakhiri hidupnya. Sungguh menyakitkan. Tetesan air mataku membeku dan tak dapat kukeluarkan lebih banyak. Tubuhku lemas seketika.
25 Desember 2011
           8 hari aku sendiri tak ada siapa-siapa lagi yang kupunya. Dan keadaan memilukan tersebut bertambah parah ketika aku amati lingkungan sekitarku. Semuanya telah menyerah untuk hidup. Kini aku hanya sendiri di wilayah ini. Sungguh sendiri.
26 Desember 2011
           Sepertinya aku akan mengakhiri hidupku juga dan menyusul mereka. Aku sudah tak tahan lagi. Aku disini sebagai orang yang gagal atas tanggung jawabku. Aku sebagai orang yang terkhianati. Dapatkah aku bertahan hidup ? Tidak ! Tak ada yang dapat membuatku bertahan hidup lagi. Karena aku hanyalah sebuah Lili putih yang tinggal di kaki gunung.
Penasaran ?? Klik disini...