Konsentrasi kesedihan yang begitu pekat…
Membuat sang khayal terpikat…
Begitu nyata saling mendekat…
Melekat…
Dalam sayap-sayap malaikat…
Waktu yang hitam pun berteriak…
Perlahan masuk dalam kegelapan yang beriak…
Dapatkah ia mengelak ?
Terpaksa bergerak…
Membiarkan semua berserak…
Berderak serak…
Aku bimbang…
Tak sempat banyak menimbang…
Ia pun menyerang…
Meski aku menghalang…
Tetap saja terkekang…
Terkekang ?
Tidak, hanya keegoisanku yang meradang…
Berharap semuanya terang…
Terang benderang…
Penasaran ?? Klik disini...
Minggu, 22 Mei 2011
Kamis, 12 Mei 2011
Abu-Abu
Awan mengembang...
Angin meradang...
Sebuah simfoni berdalang berang...
Semua bayang malang-melintang...
Mencari raga tak kunjung datang...
Aku meringis...
Aku terkikis...
Habis...
?
Penasaran ?? Klik disini...
Rabu, 04 Mei 2011
Di Bawah Kardus Usang
Pagi terlihat murung hari itu dan ia mulai meneteskan air mata membasahi sang bumi. Kulihat semua orang sibuk dengan aktivitas mereka. Ada yang mengendarai sepeda dengan terburu-buru, berharap ia tidak akan di PHK karena terlambat, sehingga membuat orang di sekitarnya terganggu. Kulihat juga seorang pelajar, seorang siswi tepatnya, menoleh ke arahku dengan sebuah senyuman dan tertarik untuk memberikan sesuatu kepadaku. Aku pun sontak tersipu malu dan berlindung di bawah kardus usang ini yang mulai basah.
Hari sudah semakin siang, tetapi hujan masih tetap menjatuhkan diri sambil berharap ia dapat berguna bagi makhluk hidup di bumi. Perlahan-lahan ia pun masuk ke dalam tanah dan ikut terserap oleh sebuah pohon besar yang melindungi aku dan kardusku ini di pinggir lapangan. Tiba-tiba terdengar suara anak-anak yang nyaring menandakan bahwa waktu sekolah telah berakhir. Aku berharap beberapa dari sekian banyak anak-anak itu akan memberikan makanan kepadaku. Aku sangat lapar sekali, tubuhku yang kurus ini adalah bukti bahwa aku telah melewati beberapa hari dengan tidak makan. Tetapi aku harus menelan kenyataan pahit dan harapanku pun sirna seketika. Beberapa anak yang kuharapkan itu adalah anak-anak nakal yang sering menggangguku, menyakitiku hingga aku babak belur. Mereka menendangku, melempariku dengan batu, bahkan melemparku hingga tidak sadarkan diri di tengah rintik-rintik hujan. Meski begitu, aku tetap bersyukur karena rintik-rintik itu masih menemaniku di sini yang kesepian. Sungguh sendiri.
Mataku terasa berat untuk di buka. Berat sekali hingga aku seakan-akan merasa ada gajah yang hinggap di kedua mataku walaupun rasanya tidak mungkin. Aku tidak tahu berapa lama aku pingsan, tapi terlihat hari telah sore dan langit tidak murung lagi. Aku mencoba berjalan, walaupun terseok-seok. Aku ingin berkeliling mencari sedikit makanan dan apapun itu yang dapat menambah energiku. Harapanku yang beberapa saat lalu tenggelam dalam keputusasaan, kini mulai tumbuh perlahan-lahan. Tempat yang baru kutemukan itulah yang memupukinya. Tempat ramai dimana orang-orang memberikan selembar kertas kepada orang lain dan orang tersebut membalas memberikan sebuah barang. Orang-orang sibuk tersebut sering mengucapkan kata yang asing bagiku, Pasar ! Tetapi di tengah perjalanan untuk mencapai tempat tersebut, tiba-tiba langkah kakiku semakin berat dan perlahan semakin berat. Aku mengira malaikat maut akan menghampiriku. Akupun terjatuh.
Sedetik sebelum aku tiba ke dalam alam bawah sadarku, aku mendengar lamat-lamat suara gadis kecil yag berkata ke arahku, “ Mama !! Coba kesini sebentar ! Lihat kasihan sekali. Bagaimana kalau kita bawa dia kerumah ? Terus kita kasih makan dan penghangat. Kasihankan dia kedinginan.” Di tengah pembicaraan sang gadis kecil dengan ibunya, akupun menjawab dengan perasaan yang sangat, sangat gembira, “ GUK…GUK…!!”
Penasaran ?? Klik disini...
Langganan:
Postingan (Atom)